Jumat, 18 November 2011

Heartbeat [One-shoot]



Author : Dinda



Genre : Romance


Length : One-shoot

Main Casts : Lee Donghae, Im Yoona, Lee Hyukjae


Title : Heartbeat

Ini FF author yang pertama. Mian ya kalo masih banyak kekurangan. Author sempet terharu lo karena akhirnya bisa menyelesaikan FF ini, hiks! *nangis di bahu Haeppa* #Plak,Abaikan

Langsung aja ya...
cekidot ~~

***

Donghae POV

Langit kota Seoul semakin gelap. Pelan-pelan titik-titik air mulai berjatuhan dari atas. Udara dingin perlahan merayap dan menjalari tubuhku hingga aku harus lebih merapatkan mantelku. Aku terpaku di depan jendela. Menatap lekat-lekat suasana di pinggiran kota Seoul yang perlahan mulai menyepi karena hujan yang turun semakin deras. Hanya ada segelintir orang yang lewat terburu-buru untuk berteduh di teras toko-toko kecil di emperan. Kutapakkan tanganku di kaca jendela yang berembun. Samar-samar kulihat bayanganku sendiri. Aku menatap diriku nanar.

“Aku benci hujan” ucapku lirih pada diriku sendiri. Aroma hujan semakin menyesakkan dadaku. Semua ini, hujan sekarang, hujan yang kemarin, hujan-hujan sebelumnya selalu menyisakan bekas kesedihan di setiap akhir rinainya. Jantungku berdenyut-denyut. Pandanganku terpaku pada sosok namja dengan seragam SMA dan yeoja lengkap dengan seragam SMP-nya yang berlarian di tengah guyuran hujan. Kenapa? Kenapa semua ini selalu membuat jantungku rasanya ingin berhenti berdetak?

Tiba-tiba siluet hujan yang kulihat semakin kabur. Orang-orang yang berlarian tampak bergerak lambat, pepohonan, bangunan-bangunan tinggi, semuanya bercampur aduk dan berkecamuk di kepalaku. Dan yang ada di mataku sekarang adalah bayangan buram. Butiran bening yang hangat telah mengaburkan pandanganku.



Flashback




“Yak! Jangan lari Donghae oppa! Dasar kau namja nakal!” Yoona tersengal-sengal mengejar namja yang terbahak-bahak di depannya. Bermacam umpatan dengan mulus meluncur dari bibir mungilnya.

“Dasar kau namja gilaa..!! Paboyaa..! Cepat kembalikan syalku!!” teriak Yoona kesetanan.

Sementara namja yang diteriaki itu malah tertawa semakin keras. Namja itu malah menjadi-jadi dengan menjulingkan matanya ditambah menjulurkan lidahnya ke arah Yoona.

“Donghae oppa… cepat kembalikan syalku! Kenapa kau jadi kerasukan seperti ini, hah? Dasar gila! Jelek! Ini semua tidak lucu, tau!!” umpat Yoona. Sepertinya Donghae sukses membuat Yoona kesal. Terbukti wajah Yoona memerah akibat ulahnya. Sementara suasana di sekitar mereka semakin gelap. Hujan turun tanpa permisi dan membasahi semuanya.

“Ayolah Yoona-ya! Tidak mungkin gadis dengan tubuh ramping sepertimu (baca:kurus) tidak mampu mengejarku dengan cepat! Hahahaha…” Donghae semakin terbahak-bahak. Badannya bergetar hebat, tak kuasa ia menahan perutnya.

“Errr…!!! Kau memang benar-benar menyebalkan, LEE DONGHAE!!!” Yoona berlari menembus hujan. Berusaha meraih syal yang sengaja dilayangkan Donghae di tangan kanannya. Dengan gesit Donghae menghindari dan mengelak dari kejaran Yoona. Dia masih saja terbahak-bahak. Apa dia terkena scyzho syndrome? Atau dia memang sedang kambuh pada saat-saat tertentu? Atau dia itu sebenarnya memang gila karena sering disumpah Yoona jadi orang gila??? Dasar gila!

“Kumohon Donghae oppa, berhentilah. Aku kedinginan.” ujar Yoona mulai melemah. Sepertinya dia tampak menyerah mengejar Donghae yang entah mengapa, sepertinya memang benar-benar kerasukan hari ini.

Donghae menghentikan tawanya. Rambut, wajah, seragam sekolah, semuanya basah terkena guyuran hujan. Donghae menatap Yoona tajam. Dia mengibas-ngibaskan rambutnya meniru gerakan model iklan sampo di TV. Cih! Sok ganteng!

“Cepat berikan syalku! Aku ingin pulang. Eomma pasti bingung mencariku.” gerutu Yoona yang tersengal-sengal sambil memegangi lututnya yang kelelahan. Dadanya berdegup-degup.

“Kau benar-benar ingin pulang?” tanya Donghae datar. Tatapannya semakin sulit diartikan. Nada bicaranya drastis berubah menjadi dingin. Perlahan dia berjalan ke arah Yoona yang sudah basah kuyup sama seperti dirinya.

“Yak! Donghae oppa! Apa-apaan kau?” Yoona kaget melihat Donghae yang semakin mendekat ke arahnya. Oh, tidak-tidak, tepatnya sekarang dia sudah semakin mendekat ke wajah Yoona.

“Kau menginginkan ini, bukan?” tanya Donghae sambil menggoyang-goyangkan syal di depan mata Yoona. Bak terhipnotis, dengan sendirinya mata hitam Yoona mengikuti setiap arah gerakan syal yang digoyangkan Donghae.

“N..n...ne…” jawab Yoona gugup. Sial! Kenapa aku tiba-tiba gugup berada sedekat ini dengan Donghae oppa?

“Yoona-ya….” kata Donghae pelan. Tangannya menyentuh pipi Yoona lembut. Tatapannya melunak. “Sudah lama aku ingin mengatakan hal ini…” ucapnya perlahan. Dia menatap mata Yoona dalam-dalam. Sementara Yoona benar-benar tak tahan dengan posisinya sekarang. Mau tak mau dia juga menatap tatapan mata Donghae yang hanya berjarak beberapa cm saja dari wajahnya. Yang lebih mengesalkan lagi, jantungnya tak bisa diajak kompromi karena seenaknya saja berdegup-degup kencang di saat-saat seperti ini. Mungkin saja Donghae bisa mendengar ritme detakan jantung Yoona yang rasa-rasanya sudah ingin mencuat keluar.

“Yoona-ya… tahukah kau selama ini…” ucap Donghae.

Deg!

“Aku selama ini selalu berpikir, apakah yang kurasakan ini benar….”

Deg!

“Aku ingin mengatakan padamu, bahwa…..”

Deg! Deg! Deg!

“Ternyata…”

Cepatlah Donghae selesaikan kalimatmu. Kau membuatku seperti meregang nyawa saja menunggu kata-katamu.

“Ternyata kau….” Donghae menggantungkan ucapannya. Dia semakin mendekatkan wajahnya dan melihat wajahku dengan seksama. Sial! Kali ini kurasakan wajahku benar-benar merah padam.

“Ternyata kau…. Memang mirip anjing puddle ku!!! GYAHAHAHAHAH…..!!!” Donghae terbahak-bahak. Kali ini lebih keras dari sebelumnya, bahkan mengalahkan bunyi guntur yang menggelegar. Dia tertawa terus sampai berputar-putar. Wajahnya merah.

#Jegger!!! (efek suara petir, tapi bukan disambar petir beneran)

Apa-apaan ini? Dia mengataiku seperti anjing puddle?Kupikir dia akan menyatakan cinta padaku?! Oke-oke, aku memang tidak mengharapkan dia menyatakan cinta padaku, tapi apa maksudnya dia menyamaiku dengan anjing puddle nya??Grrrrr……..!!!

“LEE DONGHAEEE!!!! KAU MAU MATI, HAH…???!!” kali ini Yoona mati-matian ingin menangkap Donghae, memukulnya, mencubitnya, menjambak ramubutnya, atau menendang bokongnya. Namja itu benar-benar menyebalkan!

“Waeyo, Yoona-ya? Kau mengira aku akan menyatakan cinta padamu, ya? Gyahaha, dasar gadis kurus.” Donghae semakin mempercepat larinya. Dia tak ingin merelakan dirinya jatuh ke tangkapan Yoona yang saat itu tak beda jauh dengan singa kelaparan.

“Dasar Pabo! Siapa juga yang mau denganmu, hah?” Yoona mempercepat gerakannya, hampir saja dia meraih lengan Donghae.

“Haha, akui saja Yoona . Kalau tidak kenapa kau terus-menerus mengejarku?” ejek Donghae sambil tergelak. Donghae terus berlari di tengah hujan. Perasaannya benar-benar hangat. Meskipun tubuhnya kedinginan… Dilihatnya Yoona yang tak henti-hentinya menggerutu sambil mengejarnya di belakang. Aku sungguh menyukaimu, Yoona …. Kau yang sebenarnya pabo karena sampai sekarang kau tak menyadari bahwa aku menyayangimu, haha. Kau sungguh manis… aku janji… aku tak akan meninggalkanmu, Yoona …

“Yak! Kau memang benar-benar gila, Donghae oppa. Sekarang kau malah tersenyum sendiri. Sampai kapan kita berhenti berlari seperti ini?” Yoona terus saja berteriak-teriak.

“Sampai kau lelah dan jatuh di pelukanku, gadis kurus. Gyahaha…”

Bagus Donghae oppa, kau memang gila. Sudah kupastikan bahwa kau memang benar-benar G-I-L-A. dan yang lebih bagusnya lagi kau sudah membuatku ikut-ikutan gila sepertimu! Ya, aku gila. Karena bisa-bisanya aku jatuh cinta pada orang gila sepertimu…. 

End of flashback

“Yang terhormat para penumpang, mohon maaf karena pendaratan menuju Incheon Airport akan ditunda selama 30 menit karena cuaca yang kurang baik. Diharapkan untuk tetap mengenakan sabuk pengaman demi keselamatan anda. Kami, para awak kabin mohon maaf atas semua ketidaknyamanan ini. Selamat menikmati perjalanan anda. Terima kasih.”

Pemberitahuan dari pramugari tadi telah membuyarkan lamunanku. Aku kembali tersadar dari alamku 10 tahun yang lalu. Kutatap gumpalan awan-awan hitam melalui jendela pesawat. Baru kusadari bahwa cuaca di luar memang sangat buruk. Tampaknya di bawah sana hujan sedang deras-derasnya turun. Ah, aku kembali teringat saat itu. Tak sabar ingin cepat-cepat menginjakkan kakiku di Seoul. Bagaimana kabar dia sekarang, ya? Apakah dia masih tetap cerewet seperti dulu? Tapi yang paling penting, apakah dia masih saja kurus? Haha… aku benar-benar merindukannya. Dia memang sudah membuatku menjadi orang gila sungguhan selama 10 tahun ini. Ayolah waktu, cepat sedikitlah kau berjalan. Aku sudah hampir saraf stadium akhir karena waktu 10 tahun ini. Aku tak sabar lagi ingin bertemu dengannya. Semoga saja dia tidak terlalu shock karena diriku yang semakin tampan ini.


Deg!

Kenapa? Kenapa rasa ini?

Deg! Deg!

Kenapa tiba-tiba rasa ini muncul lagi? Ya Tuhan, apakah perasaan ini?

Deg! Deg! Deg!

Aku terus menahan dada kananku yang rasanya seperti tertohok belati. Sakit sekali… Kenapa jantungku selalu berdenyut-denyut seperti ini?? Kenapa??? Yoona … aku harap kau baik-baik saja.


***

Yoona POV

“Yoona, waeyo? kau tampak pucat? Gwenchana?” Donghae oppa melontarkan pertanyaan bertubi-tubi ketika melihatku tiba di taman.

“Oh, eh, anniya… nan gwenchanayo.” jawabku kikuk. Aku menundukkan kepala. Menarik nafas dalam-dalam, berusaha meredam sakit yang sedang mendera. Semoga Donghae oppa tidak menyadari ini semua, karena aku tak ingin dia tahu.

“Mmm… jadi besok ya oppa akan berangkat ke Paris?” tanyaku  getir. Aku menatap wajah Donghae oppa. Dia hanya diam. Sedetik kemudian dia menoleh ke arahku.

“Kau menangis, ya…?”

“Anni, siapa yang menangis?” dengan cepat aku menggelengkan kepalanya.

“Sudahlah, Yoong… Aku tahu ada yang tidak beres padamu. Matamu bengkak.” Dengan segera Donghae oppa merengkuh kepalaku dan menyandarkan di bahunya.

“Oppa…”

“Sstt.. sudahlah. Jangan bicara lagi. Aku hanya ingin kau tahu, bahwa aku juga sama. Aku merasakan seperti yang kau rasakan juga. Kau lihat wajahku? Baru kali ini aku merasa diriku tak tampan. Semalaman aku menangis. Aku tak bisa tahan dengan rasa yang terus meledak-ledak seperti ini. Andai saja bisa, aku ingin tetap tinggal di Seoul, setiap hari bersamamu, menemanimu, menjagamu, dan menghabiskan hidupku hanya dengan mu. Tapi semua ini diluar kehendakku, Yoong. Appa, eomma, dan aku terpaksa pindah ke Paris. Kau tahu, keinginan terbesarku hanya satu, aku hanya ingin terus bisa bersamamu….”

“Jeongmal saranghae, Yoona …” aku tak mampu lagi membendung air mata ini. Dan entah mengapa Donghae oppa semakin memelukku dengan eratnya.

“Nado…” ucapku datar. Aku tak tahu harus bagaimana lagi berekspresi. Dadaku sesak. Ngilu. Nyeri. Perih. Pedih. Aku hanya dapat menggigit bibirku menahan gejolak di dada. Bulir-bulir air mata terus berderaian dari mataku.

“Lalu, kapan kau akan kembali? Apakah kita masih bisa bertemu?” tanyaku masih dengan sebuncah harapan. 

“Aku tak tahu kapan… Tapi aku janji. Aku akan menemuimu. Aku akan kembali padamu. Suatu hari nanti aku akan kembali, Yoona  …”

Kau tak tahu Oppa? aku juga tak tahu apakah hari itu ada. Apakah hari dimana kita kembali bertemu memang benar-benar ada?. Aku takut tak mampu bertahan, Oppa. Aku takut tak bisa kembali menemuimu. Aku takut tak sanggup. Aku takut, oppa….

“Janji? Kita akan terus bersama?” dia mengangkat kelingkingnya.

Aku ragu. Kemudian akhirnya aku menautkan kelingkingnku di kelingkingnya.

“Aku janji.” jawabku.

Aku akan bertahan oppa. Aku akan bertahan demi dirimu. Meski sebenarnya aku ragu kalau aku mampu. Rasa ini benar-benar sakit… Jantungku terus berdegup kencang bahkan kadang rasanya ingin terhenti…. Tapi, jantungku akan terus berdetak selama kau tetap mengingatku, oppa

***

Hujan pun mulai reda & membuatku terkesiap dari lamunan ku pada bayangan orang yang sangat ku rindukan itu. Entah aku ini sudah gila atau tidak. Aku tadi berbicara sendiri. Ternyata dia tak ada di sini. Iya, dia tak mungkin ada di sini.....

Suasana di pinggiran jalanpun sudah mulai ramai kembali. Aku menyeka air mata yang sudah mulai mengering di kedua pipiku. Donghae oppa, berapa lama lagi aku harus menunggumu? Berapa lama lagi aku harus bertahan? Aku hanya ingin menepati janjiku, meskipun rasanya waktuku sudah tak banyak lagi. Jeongmal bogoshippoyo, oppa… Aku hanya ingin memandang wajahmu, sebelum aku benar-benar pergi.

Deg! Deg! Deg!

Rasa ini? Kenapa terus-menerus menderaku? Ya Tuhan… sakit sekali.

Deg! Deg! Deg!

Sakiiiiittt… ah, aku tak tahan. Ya Tuhan, kenapa rasanya benar-benar nyeri. Sakiiitt… aku tak tahan…

“Nona Im, gwenchanayo?” aku melihat Hyoyeon yang ternyata belum pulang berlari cemas ke arahku. Aku tak bisa melihatnya dengan jelas karena tiba-tiba mataku menjadi kabur.

Deg! Deg! Deg!

Aku mengecap cairan asin di mulutku. Rasa khas ini…

Deg! Deg! Deg!

Darah…! Darah segar lagi-lagi keluar dari mulutku. Ya Tuhan… apakah ini akhir dari semuanya? Pandanganku semakin kabur. Dan semuanya gelap


***

Donghae POV

“Jeongmal gomawo, Hyuk. Ternyata kau masih ingat denganku.” ucapku seraya masuk ke mobil hitam dan mengambil posisi di samping kemudi.

“Kau ini, tentu saja aku masih ingat. Raut wajahmu yang seperti ikan itu menjadi kenangan tersendiri bagiku. Haha..” sahabatku yang bernama Eunhyuk itu pun tertawa menyeringaikan gusinya yang mencolok. Dengan cekatan dia meluncurkan Audy hitamnya di tengah keramaian.

“Aish! Kau juga tetap sama, Hyuk. Ternyata setelah 10 tahun tak bertemu kau masih saja sama. Bahkan semakin mirip saja dengan monyet!” kali ini giliranku yang tertawa terbahak-bahak. Aku memperhatikan wajahku melalui spion dan menggosok-gosok daguku yang licin. “Kupikir aku tadi akan mengalami sedikit kesulitan karena harus meyakinkanmu bahwa aku benar-benar Donghae,”lanjutku.

“Maksudnya?” Eunhyuk menoleh kearah ku. “Yahh… kau taulah. Bahwa sekarang aku bertambah tampan saja. Dan pasti akan sulit bagimu percaya bahwa aku ini benar-benar Donghae, teman SMA-mu. Hehe…” seringai ku. Yaah menurutku memang benar aku sekarang semakin tampan.

Eunhyuk hanya mendengus. Dia tidak bisa berbuat banyak karena posisinya sedang mengendarai mobil dengan kecepatan penuh.

Hujan yang sempat mereda kembali turun dengan deras. Aku pun terdiam. Dia menatap suasana hujan dari jendela mobil dengan seksama.

“Yak! Kenapa sekarang kau diam, Donghae-ya? Ceritakan padaku bagaimana kehidupanmu selama 10 tahun di Paris? Apakah kau sudah punya yeojachingu seperti Lady Gaga?”rentetnya panjang.

Apa tadi dia bilang? Lady Gaga? Omona… aku sama sekali tak berminat dengan yang ekstrim-ekstrim. Ucap ku membatin.

“Seperti itulah. Jujur saja aku tak begitu menikmati kehidupanku disana. Karena sebenarnya jiwaku masih ada di Seoul. Hatiku juga masih terpaut di sini.” kata ku.

“Omona… kau jadi romantis sekali sekarang. Aku jadi malu.” ia menjawil lengan ku tersipu-sipu. Aku pun menatap sabahat ku yang berambut kuning itu dengan ngeri.

“Yak! Yang benar saja Hyuk. Aku masih waras”

Eunhyuk tergelak. “Jadi, kau masih menunggunya? Gadis yang selalu kau ceritakan padaku itu?”

“Ne…” jawab ku. Mata ku menyapu setiap pandangan yang ku lewati.

“Oh ya, bagaimana dengan usaha Roti Bakery yang kau kelola sekarang?”tanya ku mengalihkan pandangannya ke arahnya yang serius menyetir mobil. Gayanya membawa mobil mirip pembapalap urakan. Sehingga aku harus beberapa kali mengelus dada karena sering terkejut.

“Aku hanya meneruskan usaha Appa saja. Selebihnya aku menambahkan produk baru sehingga sekarang toko roti kami jadi terkenal.”jawabnya dengan bangga. Senyumnya melebar, sehingga membuat ku bertambah bingung. Sebenarnya yang disebelah ku ini sahabat ku atau monyet sungguhan???

“Memangnya produk apa?”

“Strawberry monkey bread” jawabnya santai. Aku menganga. Namun belum sempat aku bertanya lebih lanjut apa saja bahan yang digunakannya, dia terlebih dahulu mengangkat handphone-nya yang berdering.

“Ne, Yooeun-ah. Waeyo?”

“Tuan Hyuk Jae, nona Im tadi pingsan.” Jawab suara dari seberang.

“Mwo? Bagaimana keadaan nona Im sekarang?”

“Kami sekarang sudah berada di rumah sakit. Dia dalam keadaan kritis.”

“Ne, chankkaman. Aku akan segera kesana.”

Tuut… tuut.. tuutt.. Eunhyuk melemparkan handphonenya serampangan.


Wajahnya tampak panik. Ada apa ini? Tadi aku mendengar dia menyebut-nyebut marga Im. Apakah yang dimaksudnya Yoona? Ah, tidak mungkin. Dari mana Eunhyuk bisa mengenal Yoona? Aku tak pernah memberi tahu namanya bahkan identitasnya. Tapi kenapa firasatku kuat sekali kalau yang dimaksudnya itu benar-benar Yoona? Aigoo… kenapa jantungku lagi-lagi berdetak? Rasa ini lagi-lagi datang menyerang jantungku.

“Donghae, mianhae. Sepertinya aku belum bisa mengantarmu ke apartamen. Kita harus ke rumah sakit dulu.”ujarnya dengan panik.

“Mwo hago, Hyuk? Kau tampak panik sekali. Siapa yang masuk rumah sakit?”

“Dia pegawaiku di toko roti. Dia menderita jantung kronis. Sudah kukatakan bahwa sebaiknya dia tidak usah bekerja. Aku bisa membantu untuk membiayai pengobatannya. Tapi dia bersikeras untuk tetap bekerja. Kasihan gadis itu… dia hanya tinggal berdua dengan eommanya. Dia benar-benar ingin sembuh dari sakit jantungnya.” jelas Eunhyuk panjang lebar. Tampak jelas Eunhyuk sangat mengkhawatirkannya. Matanya berkedut-kedut. Dia menangis!

“Hyuk, kau tak apa-apa?” Aku menepuk bahu Eunhyuk. Pemandangan yang sulit ditemukan melihat Eunhyuk menangis. Sementara Eunhyuk terdiam dan semakin menambah kelajuan mobilnya.

“Aku menyukainya, Hae…. Aku sungguh menyayangi gadis itu…” ucap Eunhyuk terbata.


Deg!

Kenapa kali ini jantungku benar-benar nyeri?


“Dia…. Yeojachingu mu?” tanyaku dengan hati-hati.

“Bukan.” Jawabnya datar. “Dia sedang menunggu seseorang… Dia sudah punya pilihan sebelum aku sempat masuk ke hatinya… Dia bilang…. Satu-satu kekuatannya bertahan akan sakit jantungnya karena namja itu….” Eunhyuk membanting stirnya. Tampak jelas dia sedang meredam amarah. “Ntah siapa namja itu! Bodoh sekali meninggalkan gadis yang dengan tulus mencintainya. Bahkan memberi sedikit kabarpun tidak! Namja itu telah membuat dia tersiksa!” Eunhyuk menggertakkan rahangnya.

Deg! Deg!

Nyeri sekali rasa ini

Deg! Deg! Deg! Kenapa aku merasa bahwa akulah namja itu?

“Kalau aku boleh tahu, siapa nama gadis itu?” tanyaku pelan.

“Nama gadis itu….. Im… Yoona…”



DEG! DEG! DEG!

***

Yoona POV

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Kenapa semuanya putih? Terakhir kali aku melihat semua yang ada di sekitarku benar-benar buram dan gelap. Aku merasa tubuhku benar-benar melemah. Kuangkat sebelah tanganku. Kenapa tubuhku membiru??

“Yoona-ya… kau sudah sadar?”

Suara itu? Ah, aku pasti mengigau. Aku benar-benar sudah tak tahu lagi sekarang berada di mana. Sampai-sampai suara yang sangat kurindukan itu rasanya benar-benar dekat dengan diriku.

“Yoona-ya… syukurlah. Aku benar-benar khawatir.”

Sekarang aku tambah yakin bahwa aku tidak sedang berada di dunia. Bayangan itu mendekat ke arahku. Mungkinkah dia malaikat yang menyerupai dirinya? Siapapun tolong katakan padaku, di mana sebenarnya aku sekarang?

“Yoona-ya…”

Suara itu.. suara itu benar-benar nyata.

“Donghae oppa….?” Akhirnya…. Aku tak percaya akhirnya suaraku bisa menggaungkan namanya lagi…

“Ne… bagaimana keadaanmu?” ucapnya lembut. Matanya menatap kedua bola mataku dengan penuh kasih sayang.

“Kkau… bbenarkah i-itu.. k-kau?” aku tergagap. Donghae oppa tersenyum kepadaku.

“Ne…” Kali ini dia mengusap keningku dan mengecupnya pelan. “Sekarang kau sudah percaya kan bahwa ini aku?”

Perasaan hangat sekejap menjalari tubuhku. Oppa… ternyata benar kau Donghae oppa… Aku tak mampu menahan gejolak di dadaku. Semua penantian ini… semua rasa sakit ini… rasanya benar-benar pupus hanya dengan menatap wajahnya. Jangtungku masih saja berdegup-degup. Tapi detakannya melemah… dan semakin melemah. Kulihat dia menangis menatapku. Eomma yang baru muncul terlihat khawatir. Tampak jelas raut kelelahan dari sorot matanya.

Aku kembali menatap Donghae oppa, namja yang sangat aku cintai. Dia telah menyiksa perasaanku selama 10 tahun ini… dan kini… dia kembali berada di sampingku. Dia tampak sangat tampan… benar-benar tampan… aku merasa malu dengan kondisiku yang benar-benar tidak cantik. Wajah pucatku dan tubuhku yang semakin mengurus. Ntah mengapa Donghae oppa masih bisa menyukaiku….

Oppa, aku sudah menepati janjiku… Aku sanggup bertahan sampai menunggu kau kembali… Dan kurasa… waktuku bersamamu tak lama lagi…


***

Donghae POV

Aku benar-benar bahagia bisa kembali bertemu dengan Yoona. Namun pertemuan seperti ini tak pernah aku harapkan. Dalam bayanganku kami akan bertemu di tempat yang sama. Di taman yang sama ketika kami berlari-larian menembus hujan. Ini semua salahku. Aku sama sekali tidak mengetahui keadaan Hyera. Aku tak menyadari bahwa Yoona-ku sakit. Dan ternyata dia bertahan hanya untuk menepati janjinya bertemu denganku. Aku memang Namja goblok! Pantas saja Eunhyuk menamparku ketika mengetahui itu semua. Aku benar-benar bodoh. Bodoooooohhhh…

Sekarang aku tak tahu harus bagaimana. Bagaimana aku menebus kesalahanku pada Yoona? Gadis itu sekarang berbaring lemah. Dia hanya tersenyum menatap diriku yang jahat ini. Rasanya aku ingin membunuh diriku sendiri karena telah membiarkannya menderita seperti itu. Harusnya selama 10 tahun ini aku merawatnya. Bukan malah membiarkannya terlunta-lunta dengan perasaan sakit di jantungnya. Aku sudah melanggar janjiku untuk terus menjaganya. Namja seperti apa aku ini?

Aku mengecup tangan pucat Yoona. Tiba-tiba detakan jantungku melemah. Dan rasanya semakin melemah saja. Ternyata selama ini rasa sakit di jantungku adalah rasa yang sama dirasakan Yoona…

“oppa…” panggil Yoona lemah.

“Ne… mwo hago, chagi-ya?” Aku menatap Yoona penuh kekhawatiran.

Yoona tersenyum.

“Saranghae….” Ucapnya setengah berbisik. Aku hanya tercekat. Jantungku benar-benar ngilu melihat Yoona. Gadis kecilku yang cerewet ini sekarang sedang berbaring lemah. Wajahnya pucat…. Dan semakin kurasakan bahwa denyut jantungnya melemah.

Yoona beranjak dari tempat tidurnya. Dengan sigap aku memapah dirinya. Dia berdiri menatap keluar jendela. Tangannya selalu menggosok-gosok dada kanannya. Lagi-lagi aku merasakan nyeri yang hebat. Akupun ikut menatap keluar jendela. Lagi-lagi hujan….

“Donghae oppa… kau masih ingatkan 10 tahun yang lalu? Ketika kita berlarian di tengah hujan?” tanya Yoona lembut.

“Tentu saja… Aku masih ingat kau dulu sangat kurus dan garang.” Jawabku mencoba menggodanya. Aku berusaha untuk tegar. Padahal rasa ini sungguh-sungguh sakit.

“Hem… kau masih saja sama. Dasar namja nakal!” Kulihat Yoona menyunggingkan senyumannya. Kenapa? Kenapa rasanya aku semakin tak sanggup saja melihatnya?

Kami terdiam sejenak. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku benar-benar tak sanggup. Aku tak sanggup Yoona… Aku tak sanggup melihatmu sakit..

“Waktu kau pergi ke Paris aku sempat tak nafsu makan selama sebulan. Kalau kau melihatku waktu itu pasti kau akan terpingkal-pingkal karena tubuhku semakin mirip saja dengan ranting kayu saking kurusnya” ucap Yoona memecah keheningan. “Aku sangat rindu padamu oppa, rinduuu sekali. Aku tak tahu bagaimana mengobati rasa rindu ini, kecuali dengan menatap hujan. Tapi lama-lama aku malah membenci hujan karena aku merasa kau tak akan pernah datang… ”

Yoona… maafkan aku… maafkan aku…. Aku tak mampu berkata sekarang. Dadaku sesak.

“Aku tak berani mengatakan tentang penyakitku padamu, karena aku tak ingin kau akan berubah pikiran. Aku tahu, kau pasti akan melakukan hal yang bodoh jika dulu kau tahu bahwa aku jantungan…”lanjut Yoona. Masih dengan tatapan menatap hujan.

Hangat… butir-butiran bening telah meluncur dari kelopak mataku. Nyeri sekali. Aku memeluk Yoona yang berdiri di depanku. Sakit Yoona… aku bisa merasakan sakit yang kau rasakan…

“Awalnya aku tak yakin sanggup bertahan, karena aku tak tahu kapan kau kembali padaku. Tapi aku sudah berjanji akan menunggumu. Karena itu aku masih bisa bertahan sampai sekarang. Aku benar-benar takut, oppa. Aku sudah seperti mayat hidup saja memikirkanmu. Aku takut kau sudah lupa padaku dan tertarik dengan gadis-gadis Paris yang cantik dan seksi. Sementara di sini aku hanyalah gadis kurus yang penyakitan…” tutur Yoona.

“Yoona-ya…” aku hanya mampu menyebut namanya. Dadaku benar-benar sesak. Air mata tak henti-hentinya mengalir dari pelupuk mataku. Aku semakin mengencangkan pelukanku. Tak ingin melepaskan Yoona yang semakin rapuh.

“Tapi aku bahagia, oppa… Aku bahagia kau kembali padaku. Kau menepati janjimu dan aku pun sudah menepati janjiku… Aku senang karena mampu bertahan hingga kau kembali. Penyakit ini sudah sering kali menyiksaku. Tapi aku bahagia sudah melihatmu, meskipun…. Aku tahu… waktuku tak banyak lagi untuk bersamamu….” Kata-kata Yoona semakin pelan…

“Sudahlah Yoong, jangan berkata seperti itu…. Kumohon… aku kembali padamu karena ingin terus berada di sisimu. Bukan untuk melihat kepergianmu…” isakku, kali ini rasanya jantungku tak berdenyut lagi. “Kita akan terus bersama Yoong… aku sudah janji. Aku akan bersamamu… ”

Aku benar-benar tak mampu berpikir. Rasanya semua kerja sarafku terhenti saat itu juga. Aku benar-benar tak mau melihat Yoona pergi dari ku. Aku benar-benar tak bisa jika Yoona meninggalkanku. Aku ingin Yoona tetap hidup. Aku ingin menebus kesalahanku yang telah meninggalkannya selama 10 tahun. Aku ingin melihat Yoona tertawa lagi, berlari lagi. Aku ingin dia terus bernafas. Aku ingin dia masih bisa merasakan hujan….

Denyut jantung Yoona seperti tak terdengar lagi. Aku merasakan sesuatu mengalir di tanganku. Darah! Ya Tuhan… hidung Yoona berdarah. Aku merenggangkan pelukanku. Dan kulihat mata Yoona sudah terpejam. Ya Tuhan… kumohon… kumohon berikanlah kesempatan Yoona untuk menghembuskan nafas lagi....


***

Yoona POV

Aku melihat Donghae oppa menangis. Eomma terburu-buru masuk ke ruangan. Kulihat dokter dan perawat tergesa-gesa menggunakan alat pendeteksi detak jantung pada diriku. Diriku??? Aku tersadar diriku sedang melayang menatap mereka semua. Kulihat Tuan Hyukjae datang bersama Hyoyeon. Dokter mengisyaratkan bahwa sepertinya usaha yang dilakukan mereka sudah maksimal dan tak ada yang bisa diselamatkan lagi. Aku menatap diriku sendiri yang terbujur biru. Donghae oppa meraung-raung di tepi ranjangku. Dia benar-benar terpukul. Dia beranjak menatap jasadku. Kemudian entah apa yang dilakukannya karena tiba-tiba saja aku seperti tersedot ke dalam pusaran yang sangat gelap.

***

Blash!!

Aku membelalakkan mataku. Kulihat eomma yang tertidur di tepi ranjangku. Rasanya aku mengenal tempat ini. Bukankah ini kamarku? Kenapa aku bukan berada di rumah sakit? Lalu di mana Donghae oppa?

“Eomma…” aku menyentuh tangan eomma. Eomma tampak terkejut dan tersenyum padaku.

“Yoona… syukurlah kau sudah sembuh, nak. Eomma sangat mengkhawatirkanmu.”

Sembuh?? Apa aku sudah sembuh dari sakit jantungku??? Sebenarnya apa yang terjadi padaku?? Aku benar-benar merasa sakit kenapa sekarang langsung sembuh seperti halnya mimpi??? Aku tak mungkin bermimpi.

“Eomma, mana Donghae oppa?”tanyaku was-was.

Aku tak mendengar jawaban dari Eomma.

“Eomma?”tanyaku lagi. “Di mana Donghae oppa?”

“Donghae… Donghae sudah kembali ke Paris, Yoona…” jawab eomma lemas. Matanya terlihat berkaca-kaca.

“Kenapa? Kenapa dia datang dan pergi begitu saja?”aku mulai emosi. Seenaknya saja dia mempermainkan perasaanku. Datang bagai malaikat kemudian meninggalkanku begitu saja.

“Dia tiba-tiba ada urusan.” Ucap eomma.

Aku mencium sesuatu yang tidak beres. Kenapa semua ini terjadi begitu cepat?


“Dia menitipkan ini pada eomma.”ujar eomma seraya menyerahkan secarik kertas. Dengan tak sabar aku meraih kertas itu dari eomma. Rasanya aku benar-benar ingin marah. Namja itu! Benar-benar seenaknya saja. Kenapa kau ini, oppa?

Aku membaca tulisan yang tertera di kertas itu. Hanya berupa kalimat singkat.

“Yoona… maafkan aku. Ketika kau membaca ini aku yakin kau pasti sudah sembuh. Aku harus pergi… demi dirimu… Maafkan aku… Meskipun kau tak bisa melihatku, yakinlah bahwa hatiku selalu bersamamu…, jeongmal saranghae, chagi-ya…”

Cih! Apa-apaan ini. Apa maksudnya pergi demi diriku? Kau jahat Donghae oppa, jahaaatt….!!! Aku benci kau oppa. Sudah 10 tahun oppa pergi dan sekarang oppa pergi lagi. Sampai berapa lama? Dasar jahaaattt…!

Kalau begini kenapa aku tidak mati saja? Percuma aku sembuh jika lagi-lagi Donghae oppa harus pergi dariku. Aku menangis lagi.

***


Aku duduk di taman tempat aku dan Donghae oppa dulunya sering bercerita. Aku masih merasakan denyutan di jantungku. Meskipun kata dokter aku sudah sembuh. Aku tak tahu kenapa aku bisa sembuh. Padahal aku mengira bahwa ajalku sudah dekat. Kata eomma aku mendapat donor jantung dari seseorang. Tapi aku tak tahu siapa dia. aku ingin berterima kasih pada keluarga orang yang telah mendonorkan jantungnya padaku.

“Nona Im?” seseorang dari belakang memanggilku. Aku menolehkan pandanganku. Ternyata Tuan Hyukjae.

“Tuan Hyukjae? Kenapa kau bisa datang kemari?”tanyaku heran.

“Aish! Sudahlah, jangan memanggil-manggilku dengan sebutan tuan. Panggil saja aku Eunhyuk. Rasa-rasanya aku benar-benar tua jika kau panggil tuan.”Eunhyuk terkekeh kemudian mengambil posisi duduk di sebelahku.

Aku terdiam. Aku teringat pada Donghae oppa, karena yang biasanya ada di sampingku adalah Donghae oppa. Tapi yang di sebelahku sekarang adalah Tuan Hyukjae, maksudku Eunhyuk.

“Apakah kau tahu kenapa Donghae oppa pergi?” tanyaku dengan tatapan lurus ke arah kaki langit. Eunhyuk hanya diam, kemudian melemparkan batu kerikil ke arah semak-semak.

“Dia pergi karena mencintaimu…”jawabnya pelan.

“Aku tidak mengerti, Eunhyuk-ssi? Kumohon jelaskan padaku. Kau kan temannya…?”aku mulai tak mampu menahan dadaku yang bergejolak. Jauh di lubuk hatiku aku merasa ada yang berdenyut. Seperti ada sesuatu yag hidup di dalam sana. Air mataku mengalir lagi.

“Aku ingin dia kembali…. Aku ingin bersamanya…”aku sesenggukan

Eunhyuk menatapku. Dia menghapus air mata yang mengalir di kedua pipiku.

“Dia mencintaimu, Yoona. Dia selalu bersamamu…”matanya berkaca-kaca. Kemudian dia meraih tanganku dan meletakkannya di dada kiriku.

“Kau bisa merasakan dirinya…”ucapnya pelan. Aku tambah tak mengerti.

“Donghae ada di hatimu, sekarang dan untuk selamanya…”lanjutnya.

“Donghae lah yang telah mendonorkan jantungnya untukmu, Yoona…”

DEG!

DEG!

Apa benar???Apa benar yang dikatakan Eunhyuk-ssi ini?

Donghae oppa…?

Jantungnya…?

Untukku?

“Dia lebih menginginkan melihatmu hidup bahagia, daripada dirinya harus melihatmu pergi… dia sangat mencintaimu…”

“T-tappii…. Bbagaimmana bisa…” aku terbata. Lidahku kelu. Bagaimana mungkin? Donghae oppa merelakan hidupnya untuk ku? Jantungnya? Tidakkk… mungkin. Aku melihat mata Eunhyuk-ssi. Berusaha mencari sirat kebohongan di sana.Tapi tak ada. Eunhyuk-ssi tak mungkin berbohong.

“Kau tidak sedang bercanda kan Eunhyuk-ssi?!?” tanyaku getir. Tubuhku bergetar hebat. Eunhyuk-ssi menggelengkan kepalanya lemah.

“Dia menyuruhku untuk menjagamu, Yoona…”

Tidak… tidak… tidak mungkin. Ini hanya mimpi. Aku mencubit lenganku berulang kali dan berharap akan segera terbangun. Namun aku masih saja melihat Eunhyuk-ssi di depanku. Yang artinya aku tidak sedang bermimpi. Aku menggigit bibirku. Mencoba meredam sakit ini. Donghae oppa…! Kau memang pabo! Kau pabo oppa….

Aku mengelus dadaku terus menerus. Berharap rasa sakit ini hilang. Tapi rasa-rasanya malah bertambah sakit. Rasanya sakit sekali…. Menyesakkan… aku tak tahu lagi bagaimana wajahku sekarang. Rasanya mataku sekarang sudah menyipit karena aku terus menerus menumpahkan air mata.

Eunhyuk-ssi merengkuh tubuhku. Memelukku dan mendekapku di dadanya. Aku tak kuasa menahan semua ini. Rasanya aku ingin mencabut jantung ini dan membiarkan Donghae oppa yang hidup. Tapi kenapa dia harus memberikan jantungnya untukku? Eunhyuk-ssi menggosok-gosok punggungku. Tubuhnya bergetar. Aku tahu Eunhyuk-ssi pun menangis.

“Dia bersikeras ingin menyelamatkanmu. Sebelumnya dia sudah pernah mengatakan ini padaku. Dia ingin mendonorkan jantungnya padamu karena jantung kalian cocok dan kalian mempunyai golongan darah yang sama. Tapi aku sempat melarangnya….” Eunhyuk-ssi bergetar, dia mengumpulkan sekuat tenaga untuk melanjutkan ucapannya. “Dia… dia meminta dokter untuk menyuntik mati kemudian memindahkan jantungnya padamu…”tangis Eunhyuk pecah.

“Donghae oppa…”ucapku bergetar “Donghae oppa… kau memang namja gila…” sekarang aku memuluk-mukul dadaku sendiri.

Aku tak bisa berpikir. Aku tak bisa bernapas. Rasanya udara di sekitarku mulai menipis. Aku merasa beribu-ribu anak panah menghunus jantungku. Jantung Donghae oppa yang sekarang tertanam di diriku..



Kepalaku rasanya berputar-putar. Wajah Donghae oppa berputar-putar di otakku

Aku janji… aku akan selalu bersamamu, Yoona…

Aku ingin terus hidup bersamamu…

Aku ingin menjagamu, memberikan segalanya hanya untukmu…

Meskipun kau tak melihatku, yakinlah aku terus bersamamu…

Dimanapun dan kapanpun, kau dapat merasakanku, Yoona…


Aku akan menjaga jantungmu, Donghae oppa….

Detak jantungku adalah detak jantungmu…

Terimakasih Donghae oppa, sudah memberikan kehidupan untukku…

Kau akan terus hidup di dalam diriku…

Kapanpun itu….

Saranghaeyo Donghae oppa….

The and


Eotteohke? Eotteohke?

mian ya kalo FF nya jelek atau kurang memuaskan,..
maklum laah, FF pertama ku.. hehe ..
Gomawo yang udah baca + komen ^^

Minggu, 06 November 2011

I'm Genie for U [ prologue ]

Annyeong readers.... FF kedua author keluar lagi niiih....

Hehe.. But, author mau memperkenalkan tokoh-tokohnya dulu ya...
Ini dia... Check this out.. !!


Im Yoona

- Seorang murid baru yang sangat cantik
- Sangat pintar dalam segala mata pelajaran









Lee Donghae 
- Sangat tampan dan atletis
- Pacar Jessica Jung
- Diam-diam menganggap bahwa Im Yoona itu sangat manis, tetapi tidak mengatakan apapun untuk menyakiti pacarnya ( Jessica )
























Jessica Jung
-  Seorang gadis cantik yang merupakan pacar Lee Donghae
- Tidak menyukai Yoona karna dia berpikir bahwa Yoona lebih cantik daripada dia ( meskipun pada akhirnya dia menyukainya )
- Yang pada akhirnya menjalin hubungan dengan salah satu cast di sini ( ssstt.... rahasia )










Kwon Yuri
- Sahabat Yoona sejak kecil
- Jatuh cinta pada Minho




































Choi Minho
-Melanjutkan ke sekolah yang sama dengan yuri

-Yuri jatuh cinta kepadanya
-Berteman baik dengan Donghae


























Choi Siwon                                              


-Namja yang paling tampan di sekolahnya
-Teman Donghae
-Mencintai Yoona


























Lee Hyuk Jae
-Sahabat Donghae dan Minho































Krystal Jung
-Adik dari Jessica

-Selalu mendengarkan eonnie nya




































Victoria
-Bersekolah di sekolah jepang Yoona

-Pacar Nichkun
























Ok Taecyeon
-Mantan pacar Yoona

-Pacarnya sebelum Yoona adalah Suzy




































Suzy Bae
-Sangat membenci Yoona karna Taecyeon rela meninggalkan nya demi Yoona

-Akan membuat hidup Yoona sengsara




































***
Prolog
Im Yoona memulai kehidupan baru di sekolah barunya bersama sahabatnya sejak kecil, Kwon Yuri. Choi Siwon jatuh cinta kepada Yoona tanpa menyadari bahwa Lee Donghae secara diam-diam menganggap bahwa Im Yoona sangat manis. Jessica Jung (pacar Donghae) menunjukan sikapnya yang dingin kepada Yoona karna dia iri akan kecantikan Yoona yang sangat memancar. Tetapi tiba-tiba Donghae mulai menunjukan bahwa ia sebenarnya jatuh cinta kepada Yoona. Hal itu memperburuk keadaan antara Jessica dan Yoona. Sangat buruk sehingga Yoona pun berani pindah ke negara lain. Dengan bantuan teman-temannya, apakah Yoona dan Donghae dapat bersatu untuk menjadi awal dari sebuah kehidupan baru?

_________________________________________________________________________________


Ok. Segitu dulu aja ya readers..
Author akan lanjut kan FFnya kalo lagi gak sibuk.
Soalnya author itu harus konser sama f(x).
Kan author itu member f(x) #plaak, abaikan..
Hehe... Mianhae kalo kurang memuaskan.

Kamis, 03 November 2011

welcome !!!


Halo semuanya !!!


Welcome to my blog. Di sini ada berbagai macam Fanfic. But, cast yang kemungkinan akan selalu ada yaitu cast Yoona dan Donghae, bagi kalian yang sudah mampir aku ucapkan terimakasih. Tapi, ingat!!! Please do not be SILENT READER, and DO LEAVE a COMMENT!!! untuk menghargai para penulis, atau bagi kalian yang tidak sempat cukup klik tombol LIKE, okay!!! hehe


Jika kalian ingin menyumbangkan Fanfic hasil karya kalian, lansung aja ke sini -->

dindawinda19@yahoo.com


ditunggu ya.


Any question?? Just ask them here!!!

Saat mengirimkan ff beberapa hal yang perlu diisi.

Author :
Genre :[One-shot, two-shot, three-shot, chapter]
Cast :
Rating :
Title :


Example :

Author : Dinda
Genre : One-shot, romantic
Cast : Seohyun x Kyuhyun
Rating : PG – 15
Title : You’re My Beautiful