Minggu, 25 Desember 2011

10th February [One-shoot]


Author          :  Dinda


genre            : Romance


Length          : Oneshoot


Cast              :  Cho kyuhyun
                         Choi Sooyoung

Tittle             : 10th February


annyeooooong readers, author bawa FF oneshoot niih #one-shoot lgi -.- , yah ini juga pesenan teman author, lebih tepat nya pacar sahabatku.. hhe. Oh ya, sebelum author mengizinkan readers untuk membaca, auhtor mau minta maaf yang sekecil-kecilnya#readers : lah, slah thor, yg bner minta maaf yang sebesar-besarnya.. #author : yaah, terserah dah. Oh ya, author tadi mau minta maaf buat gambarnya. Gambarnya selalu gaje, ya tau lah author kagak bisa ngedit. Jadi, beginilah hasilnya.. Ya sudahlah.. cukup cerita nya ...
Langsung Aja Ya...

HAPPY READING !!!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Sooyoung POV

Aiissssh, kenapa aku memiliki namjachingu semenyebalkan sepertinya, semalam dia memaksaku untuk bertelponan dengannya.

Tapi, baru 5 menit saja menelepon, dia sudah mendengkur hebat. Jika benar-benar kelelahan, jangan memaksaku untuk bertelponan dengannya padahal semalam aku sudah terlelap dan harus terbangun dari tidurku gara-gara si evil Kyu, yaah akibatnya seperti sekarang ini,Aku susah untuk kembali tidur, dan hanya menikmati waktu istirahatku selama 2 jam semalaman.


Aku menekan tombol call pada contact person kyuhyun ahjussi, bukan untuk menelepon pamannya, tapi namjachinguku sendiri, Cho Kyuhyun. Aku sengaja memberi contact personnya dengan nama itu karena wajah namjachinguku ini memang benar-benar seperti ahjussi, Wajah tua!!


Aisssh, kenapa ia tak mengangkat teleponku, apa dia masih tidur? Dasar ahjussi muka bantal, tidur paling cepat bangun paling lama!! Aku menghempaskan ponselku tak berdaya ke atas tempat tidurku, melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

***

Aku lapar, kenapa eomma belum memanggilku untuk sarapan, aku pun segera turun  ke lantai bawah menuju dapur, ani lebih tepatnya meja makan.

Aigoo, kemana eomma dan appa? Apa mereka sudah berangkat ke kantor?


Aku membuka tudung saji yang bertengger manis di meja makan. NIHIL!! Aku tak menemukan sedikit makanan pun disini. Aissh, kenapa eomma tak menyisakanku makanan, note untukku pun tak ada. Omo, apa aku harus pergi ke kampus dengan perut kosong seperti ini, tapi aku benar-benar lapar sekarang.
 

Ahaaa!! Kulkas, ne di kulkas tentunya banyak makanan yang bisa kumakan.aku membuka kotak harta karun di dapurku itu.


Aigoo, wae? Kenapa tak ada makanan disini, apa persediannya sudah habis? Ini kan baru pertengahan bulan. Aku tetap berkutat pada kulkas itu mengacak isinya, siapa tahu aku menemukan sedikit makanan.

Aku menemukannya, Ini dia !!! tapi kenapa daging asap? Ini membuatku harus memasaknya terlebih dahulu. AKU TIDAK BISA MEMASAK!! Aku mengacak rambutku yang sudah berantakan menjadi semakin berantakan.


Aku menatap daging itu pasrah, apa aku harus memasakmu? Tanyaku bodoh pada daging yang tak mungkin menjawab pertanyaan bodohku itu. Ne, aku harus memasakmu!! Aku mulai memasak daging itu dengan konsentrasi penuh.

Omona !!!! kenapa dagingnya kebakaran, aissh apa yang harus aku lakukan. Kenapa dagingnya kebakaran seperti ini, bagaimana jika kompornya ikutan meledak. Aissh apa yang harus aku lakukan?


Aku segera mengambil segayung air dan menyiramkannya pada daging malang itu. Aigoo, eottohke? Sekarang aku melenyapkan bahan makananku yang terakhir.

Aku mendesah kesal, karena sekarang sudah jam 8 dan aku harus segera berangkat kuliah dengan perut kosong ini.


Tapi, bayangan namja tua itu muncul lagi dalam benakku, semua ini gara-gara dia!! Aissh, bagaimana jika nanti dia menjadi suamiku, aku tak bisa memasak, dia pun begitu. Aku benar-benar tak bisa membayangkan jika kami memasak bersama, apa jadinya.

Ani, aku tak boleh membiarkan hal itu terjadi, aku memang diharuskan menyewa pembantu rumah tangga yang jago memasak, kalau tidak tentu anak kami gizinya tak akan tercukupi jika ayah dan ibunya yang memasak.


***


Hari ini aku pergi ke kampus dengan rasa lapar yang bersarang di perutku. Aku sengaja tak turun di depan kampus, aku sengaja meminta bis untuk berhenti di toko roti dekat kampus. Aigoo, akhirnya aku bisa sarapan juga, setidaknya roti ini bisa mengganjal perutku selama jam mata kuliah pertama.

 BRUUUUK,  rotiku terjatuh dan seenak jidatnya orang yang baru saja menabrakku menginjak sadis rotiku.


“Yaaak!! Kembali kau!! Kau harus mengganti rotiku bodoh, cepat kembali kau!!” Aku mengejar orang yang tak bertanggung jawab itu dengan sekuat tenagaku.

“Yaaaak, Choi Sooyoung, apa kau tidak kuliah?”

“Mwo?” Aku menoleh ke arah dari mana suara itu berasal dan menemukan Lee Hyuk Jae, security penjaga gerbang kampus kebanggaanku, Inha university. Aku mendesah, sambil berjalan gontai kearah gerbang kampus, karena sepertinya sebentar lagi gerbangnya akan di tutup olehnya.

“Gomawo” ucapku lemas sambil melanjutkan langkah gontaiku.

***

Yoona melihatku dengan tatapan bingung ketika baru saja aku masuk ke ruang kelas.

“Wae eonnie?” Tanyanya bingung.

“ Ani”, jawabku sambil meraih kursiku, duduk di sana dan merebahkan kepalaku di atas meja.


PRAAANG!! Aissh, aku lupa jika pagi ini adalah materi dari panci songsaenim. Dosen killer yang selalu membawa tutup panci istrinya dan akan ia banting jika suasana kelas sangat ribut ketika dalam pelajarannya.

Aissh, bagaimana ini, perut lapar benar-benar membuat mataku tak bisa menahan kantuk. Aku melakukan metode keberhasilanku untuk mengelabui beberapa dosen jika aku ingin tidur tanpa ketahuan dalam materi mereka.

Namun, metode ini belum pernah aku coba pada guru satu ini, mudah-mudahan saja metode ini berhasil juga padanya. Aku mulai menutup wajahku dengan buku yang aku pegang, merebahkan kepalaku di baliknya, membuat pandangan panci songsaenim terhalang padaku dan ia pasti akan menyangka jika aku sedang membaca sekarang..kekeke


Prang,,, praaang,,, praaang…
“Omo… mwo hago?” Tanyaku panik karena suara panci berisik yang berhasil membangunkan tidur nyenyakku.
 
“Aigoo, mian songsaenim apa yang salah pada saya, saya kan sedang membaca buku”. Jawabku tanpa bersalah meskipun kini panci songsaenim sudah berada di depan mejaku dengan kumis hitam tebalnya yang ikut turut mengejekku.

“Geurae?” Tanyanya sambil berkacak pinggang dan membelalak ke arahku.

“Ne, geureom” ucapku sambil mengangkat buku yang sedang ku pegang.

“Lalu, kenapa kau membaca buku ini? Sekarang materi fisika bukan biologi”. Bentaknya keras memekikkan telinga. Aku terdiam lalu menatap songsaenim dan memberikan senyumanku.


“Wae?” Tanyanya masih galak.

“Ani, sejak kapan songsaenim punya dua tutup panci?”tanyaku bodoh.

“ Keluaaar!!!” Dia berteriak keras, dan tawa murid pun pecah seisi kelas, dan sekejap senyap ketika panci songsaenim membanting kedua tutup pancinya keras ke lantai.

Dengan terpaksa aku menuruti perintahnya, padahal aku kan sedang tak bercanda dengannya, aku memang benar-benar ingin menanyakan sejak kapan dia punya dua tutup panci, biasanya kan dia hanya punya satu tutup panci saja.


Sekarang aku sudah berada di kantin kampus, merenungi hari ini hari yang penuh kesialan. Lagi, lagi aku menyalahkan si evil itu, karena semua ini berawal dari kebodohannya dan harus berimbas pada semua kegiatanku hari ini. Aku menekan contact person Kyuhyun, meneleponnya, dan menempelkan ponsel di telingaku.


“Yeobeoseyo”, jawabnya di seberang sana.

“Yaaak Evil !! Kemana saja kau, kenapa kau baru mengangkat teleponku sekarang, kau tahu jika aku meneleponku sejak tadi pagi hah? dan kau harus tahu, jika semalam kau ketiduran, dan sudah mendengkur hebat, kau tahu kau sudah merusak tidur indahku semalam. Aisssh, kau benar-benar namchingu yang menyebalkan !!!” maki ku padanya sambil mengacak rambutku geram.

“Hehehe” dia hanya tertawa geli tanpa ada nada bersalah sedikit pun dan itu benar-benar telah berhasil membuat amarahku naik ke puncak ubun-ubun.

“Arasseo, terserah. Aku sekarang sedang tak ingin bertengkar denganmu. Apa kau hari ini sibuk?”

“Ani, wae?” Tanyanya kemudian.

“Bagus, tolong jemput aku di kampus sekarang, dan pergi ke taman bermain, otte?”

“Ah mian chagi-ya aku lupa, aku sudah ada janji dengan Victoria untuk menemaninya berbelanja,” jawabnya buru-buru.

“Mwo? Yaaak apa maksudmu evil? Kau harus menemaniku, ini semua karenamu, kau harus bertanggung… “…..tuuuuut…tuuut, dia memutuskan sambungan teleponnya.


Apa dia bilang? Dia lebih memilih menemani Victoria eonni berbelanja, ketimbang menghabiskan waktu ke taman bermain bersama aku, pacarnya sendiri? Aigoo, setan itu benar-benar mau cari mati. Apa dia tak pernah tahu jika aku akan cemburu setengah mati melihat kedekatannya dengan Victoeia eonni, apalagi mereka sempat di gosipkan dekat.

Geundae, mana mungkin Victoria eonni akan jatuh cinta pada namja yang berwajah seperti appanya sendiri, TUA!!! Aisssh, tapi Kyu juga anak yang manis, jadi bisa saja Vctoria eonni akan menyukainya. Dan kemungkinan besar Kyuhyun akan memilih Victoria eonni. Yeoja cantik, tinggi dan seksi..

Aku meninggalkan kantin, ani lebih tepatnya meninggalkan kampus terkutuk ini dengan wajah dan pikiran yang acak-acakan, pergi ketaman bermain, sendiri tanpa Kyuhyun oppa.


***


Aku sudah hampir menikmati semua wahana di sini, tinggal satu yang belum aku naiki, bianglala. Biasanya si evil itu yang paling bersemangat naik bianglala ini, aku melihatnya lesu.

Apa aku harus menaikinya? tanyaku lirih nyaris tak terdengar. Geurae, aku tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum menaiki bianglala ini.

***

Aku menangis, aku menangis dalam bianglala ini, ani sebenarnya aku sudah menangis sejak tadi, sejak dia menolak untuk pergi denganku. Tapi sekarang tangisanku lebih hebat dari sebelumnya.

Aku teringat , karena bianglala adalah satu-satunya wahana yang paling ingin ia nikmati jika ke taman bermain, karena bianglala merupakan wahana yang paling aman menurutnya, ketimbang roller coaster yang harus aku dulu menyeretnya untuk naik. Aigoo, aku tak sadar jika petang sudah berganti malam.


Drrrt…drrrrt….drrrrt, ponselku bergetar. Aku berharap jika kyu yang meneleponku. Leeteuk oppa??
Tumben sekali ia meneleponku. Aku menekan tombol hijau dan menempelkannya ke telingaku.

“Yeobeoseyo oppa?”

“Sooyoung....”

“ ne oppa, waeyo?”

“kyuhyun kecelakaan”

“Jinjja? Sekarang dia dirawat di rumah sakit apa, oppa?”

“ani, dia tak ingin di rawat di rumah sakit, dia meminta kami untuk merawatnya di dorm saja.”

“Bagaimana keadaannya oppa?”

“Molla dokter sedang memeriksanya, sekarang cepatlah kau kesini!!”

“Arraseo, aku akan sampai di sana secepatnya op..”  ……. tuuuuuut….


Leeteuk oppa memutuskan hubungan telepon. Apa yang terjadi pada setanku, kenapa suara leeteuk oppa terdengar sangat cemas, apa Kyu mengalami kecelakaan yang sangat parah?

Tanpa menunggu waktu yang lama aku segera turun dari bianglala yang sudah berhenti sejak tadi. Kyu pabo!! Kenapa dia tak mau di rawat di rumah sakit saja, aissh dia benar-benar hanya bisa membuat orang khawatir dan repot saja, aku merutuki namchinguku yang pabo itu sepanjang jalan masih dengan perasaan cemas yang menjalari tubuhku saat ini.

Eottohke? Jarak dorm dengan tempat ini cukup jauh, apa masih ada kendaraan yang melewati tempat ini pada jam seperti ini, aku menghentak-hentakkan kakiku kesal.


Beruntung aku tak menghabiskan waktu untuk menunggu kendaraan yang lewat, karena di jalan yang berlawanan sedang ada taxi menuju ke arahku. Aku melambaikan tanganku untuk menghentikannya, dan segera masuk ke dalamnya.

Omona, Kyu benar-benar namchingu yang jahat, sudah tak terhitung lagi ia membuatku spot jantung karena ulah-ulah bodohnya. Seperti 3 minggu yang lalu, dia membuatku harus bolos kuliah karena dia meneleponku dan mengatakan jika paru-parunya sakit, dan sulit untuk bernapas.

Dan pada saat itu juga dia benar-benar berhasil membuat sarafku terhenti sejenak. Aku takut jika paru-parunya sakit karena kecelakaan besar 3 tahun yang lalu, kecelakaan yang dialaminya bersama ke tiga hyungnya dan ia yang paling parah dan hampir mati.


Tanpa kusadari kini bulir-bulir hangat sudah membasahi pipiku tanpa izin, dadaku sesak, dan aku benar- benar tidak dapat berpikir jernih sekarang. Aku hanya takut kehilangan kyu, aku belum siap dan tidak akan pernah siap untuk kehilangannya.

“Agasshi, sudah sampai”. Suara supir taxi itu membangunkanku dari lamunanku tentang kyu.

Aku menyerahkan uang dengan jumlah yang tertera pada argo taxi itu. Aku keluar, lari dengan tergesa-gesa tanpa mempedulikan bulir hangat yang sedari tadi tak ingin berhenti untuk keluar. Sekarang aku sudah berada di depan pintu apartementnya, lebih tepatnya dorm Super Junior.

Aku mengetuk pintu dorm tak bersemangat, dan tak lama kemudian sungmin oppa sudah berada di depanku, membukakan pintu untukku. Wajahnya ditekuk masam, matanya merah seperti habis menangis. Padahal sungmin oppa adalah member super junior yang paling kuat untuk menahan tangisnya, namun kyu mampu membuatnya menangis seperti ini.


Aku benar-benar cemas sekarang, apa yang terjadi pada evilku? Aku menerobos masuk kedalam apartement itu, namun seketika langkahku terhenti, nafasku tercekat ketika mendapati ruangan ini di penuhi oleh hampir semua artis dan staff SM. Entertainment, bahkan keluarga Kyu pun datang Dari incheon.

Eomma kyuhyun masih memeluk suaminya, aku tahu beliau sedang menangis, begitu pula dengan ahra eonni, matanya merah, dia juga menangis. Tubuhku lemas, lunglai tak berdaya, apa yang sebenarnya terjadi pada Kyu-ku?


Dadaku sakit, tolong jangan lakukan ini padaku Kyu, jebal, batinku sambil memegang dadaku yang benar-benar sesak sekarang. Aku menghampiri Taeyeon eonnie yang masih masih terduduk menangis sambil memeluk kedua lututnya.


“Eonni, apa yang terjadi pada Kyuhyun?” Tanyaku pada Taeyeon eonni yang masih menangis, dia tak menjawab pertanyaanku dan tak kunjung mengangkat wajahnya.

Aku menyapukan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan ini, hanya kabut, hanya ada kabut disini. Semua orang sibuk dengan kesedihannya masing-masing tanpa ada satu pun orang yang berniat menjelaskan semuanya padaku, agar aku keluar dari kebingungan yang benar-benar menyiksaku.

Dadaku semakin sakit Kyu, tolong jangan lakukan ini padaku. Tiba-tiba Taeyeon eonni memelukku, kurasakan tubuhnya bergetar hebat, aku pun tak kuasa menahannya, aku ikut menangis.


“Sooyoung” suara leeteuk oppa membuatku mengangkatkan wajahku dan menatapnya yang baru saja keluar dari kamar kyuhyun.

“Ne, wae oppa?” Jawabku agak serak.

“Kyuhyun memintaku untuk mengajakmu masuk, dia ingin bertemu denganmu” jelas leeteuk oppa dengan wajahnya yang masih di tekuk.

Aku tak sanggup, aku akan menyesali hal ini jika kau menyuruhku masuk hanya untuk melihat saat terakhirmu kyu, batinku pedih. Leeteuk oppa masih berdiri di depanku, dan menatapku dengan pandangan sayu.

“Kajja, ppali”. Ajaknya lagi.


Aku beranjak dari dudukku dan mencoba untuk berdiri dan mengikuti langkah leeteuk oppa yang terlebih dahulu berjalan di depanku.


Aku masuk ke kamar Kyu, dan….. BLEP!! Gelap!!!

”Kenapa ?? ada apa ini ? kenapa mati lampu” ucapku panik. Aku meraba-raba sekitarku yang gelap dan memanggil kyu yang aku yakin jika sekarang ia sedang menahan sakit di tempat tidurnya.

“Kyu”, ucapku lirih.

“Sooyoung,, aaaaaaah”. Jawabnya dengan erangan yang sangat hebat, dia kesakitan.

“Kyu, kau kenapa? Apa yang terjadi padamu”,tanyaku lirih, aku masih berusaha mencapai kyu meskipun dalam keadaan gelap seperti ini.

“Sooyoung” panggilnya dengan sedikit rintihan menahan sakit.

“Chakkaman Kyu, aku kesana sekarang” jawabku masih  berjalan dengan langkah yang meraba-raba gelap.


Tapi, aku tahu tata letak kamar namchingu-ku ini jika belum di rubah sejak 2 minggu yang lalu. Hari terakhir aku masuk ke kamarnya karena kebiasaannya yang sangat sulit untuk bangun sehingga para hyung-nya memintaku untuk membangunkannya.

“Kyu” aku masih memanggilnya memastikan jika ia masih baik-baik saja.

“Kyu, kyu... Kyu kau kenapa?” Aku semakin khawatir karena sekarang Kyu tak menyahut panggilanku.

”Kyuuuu” aku memanggilnya dengan sedikit keras.

“Sooyoung tunggu sebentar, tetaplah di tempatmu. Kami sedang memeriksa aliran listriknya sekarang”, teriak siwon oppa dari luar kamar.

Aku tak mengindahkan teriakannya, aku masih tetap berjalan menghampiri kyu yang tak kunjung menyahut panggilanku, aku takut, aku cemas.

Kenapa kamar kyu berantakan seperti ini, dari tadi aku selalu menginjak kertas-kertas yang berserakan di lantainya, tidak biasanya kamar kyu seberantakan seperti sekarang ini. Aku masih berjalan, dan aku yakin jika sekarang aku sudah hampir mencapai tempat tidur kyu.


Lampunya menyala, dan membuat pandanganku menjadi silau karenanya.

SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA.. SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA... SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA CHOI SOOYOUNG…..

MWO? Aku membelalakkan mataku maksimal dan menatap lekat pada sosok yang  baru saja muncul di hadapanku dan membuatku cukup terkejut.

Kyu, dia sekarang berdiri didepanku tanpa luka dan perban yang membungkus tubuhnya, dia tidak kecelakaan. Aisssh, namja ini benar-benar anak  setan, batinku sambil membuang nafasku berat. Dia tersenyum, dan itu benar-benar membuat darahku naik maksimal. Dia membawa kue ulang tahun yang sangat cantik dengan kedua tangannya.
 

“Ige mwoya?” Tanyaku penuh selidik.

“Aigooo, hari ini hari ulang tahunmu chagi-ya, apa kau tak ingat?” Jawabnya sambil bertanya dan mengeluarkan senyumnya yang menurutku senyuman yang mampu membunuhku.

“Nde?? Yak…..”

“Sssst,kau ingin memarahiku? nanti saja sayang, sekarang kau harus make a wish dulu, dan kemudian tiup lilinnya” potongnya manis. Aku menurutinya, aku memejamkan mataku dan mulai berdoa.

Tuhan, tolong jaga kyu untukku, berikanlah ia kesehatan selalu. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersamanya, selamanya. Saranghae kyu.

Fuuuuuh, aku membuka kedua mataku lalu meniup lilinnya, mengalihkan pandanganku pada namja yang memegang kuenya, kyu ia menatapku dan memberikan senyum manisnya tulus.

Dia menaruh kue itu ke atas meja dan meraihku ke dalam pelukannya ”saengil chukkahamnida” bisiknya lembut.

Aku mengeratkan pelukanku padanya,”ne, gomawo chagi”, balasku lembut.

“Kau tak ingin memarahiku??” Tanyanya kemudian.

Aku tak menjawab, dan memukul dadanya lembut.

“Kau benar-benar ingin membuatku mati CHO KYUHYUN, aku membencimu , tapi aku mencintaimu,” ucapku masih di dalam pelukannya.

Kyu terkekeh geli, “nado” ucapnya kemudian sambil mencium puncak kepalaku.

SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA CHOI SOOYOUNG…….

Mwo?  Nuguseo? Aku membelakkan mataku, dan langsung membalikkan badanku menghadap belakang kearah dari mana teriakan itu berasal.

Eomma, appa, seluruh staff dan artis SM. Entertaiment, serta keluarga Kyu yang tadi berada di luar, sekarang muncul di belakangku dengan wajah gembira yang tergambar dari raut wajah mereka. Eomma dan appa menghampiriku, mereka memelukku dan mengucapkan ucapan selamat ulang tahun padaku.

“Mwoya? Aku yakin ini pasti rencana kalian, bagaimana mungkin stok makanan sudah habis pada pertengahan bulan?” Ucapku sambil menatap dua orang yang paling berharga dalam hidupku, mereka tertawa dan memelukku.

“Mainhae, chagi-ya” ucap mereka kompak. Aku terkekeh geli mendengarnya.

“Mmmm, ne, geundae… kamsahamnida eomma-appa”. Ucapku sambil melepaskan pelukan mereka dan mengecup kening mereka satu persatu, mereka membalas ciumanku.

Sekarang eomma dan appa  yang melangkah ke arahku, sama seperti eomma dan appa mereka mengucapkan selamat padaku.

“Bagaimana akting ku?” Tanya Taeyeon eonni.

Aku menatapnya, “Daebak !! Eonnie hampir saja membuat jantungku berhenti berdetak karena ulah eonni dan evil ini” jawabku sambil melirik Kyu, ia hanya  membalasnya dengan wajah tak bersalahnya.

“Hahaha” Taeyeon eonni hanya tertawa dan ber-tos ria dengan setan  yang berdiri di sampingku ini.


Begitu pula dengan orang-orang yang hadir di ruangan ini mereka satu per satu bergantian memberi ucapan selamat padaku, dan ini benar-benar masih mengganjal perasaanku, kenapa seperti ini, apa ulang tahunku sangat spesial bagi mereka?

Aku benar-benar tak menyangka jika hal ini akan terjadi. Aku menatap kyu penuh selidik, aku mencium aroma yang tidak beres dari aura setan tua ini.
 
“Wae?” Tanyanya seakan-akan mengerti jika aku sedang menuntut penjelasan darinya.

“Ani” jawabku sambil menggelengkan kepalaku .

“Aku hanya ingin berterima kasih pada mereka, karena sudah datang dan membuat ulang tahunku pada tahun ini benar-benar meriah” lanjutku.

“Aniya” jawabnya sambil menggelengkan kepalanya persis seperti apa yang baru saja aku lakukan.

“Mwo? Apa maksudmu?” tanyaku sebal.

“Aniya, kau pikir hanya karena ulang tahunmu saja aku menciptakan acara semeriah dan penuh kejutan seperti ini, hah?” tanyanya.

'Kau benar-benar telah membuatku jengkel evil'  batinku kesal.

“Lalu apa lagi? Hari ini tanggal 10 februari, ini hari ulang tahunku, dan setahuku tidak ada hal spesial lainnya pada hari ini. Hari ini, hanya hari ulang tahunku saja” jelasku tak terima.

“Geurae? Apa kau sudah yakin?” Tanyanyadcengan nada mengejek.

“Yaaak!! Tentu saja evil” Jawabku kasar.

Dia terkekeh geli, ketika melihat ekspresi-ku tadi, dia mulai merogoh kantong celananya dengan serta mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari sana.

“Hari ini hari pertungan kita”, lanjutnya sambil tersenyum genit.


Aku terdiam, mematung, aku benar-benar tidak percaya jika sekarang kyu sedang melamarku untuk menjadi tunangannya. Terdengar suara riuh tepuk tangan yang sedikit demi sedikit mampu membuyarkan keterkejutanku.

“Jinjjayo?”Tanyaku tak percaya.

“Ne geureom” ucap kyu sambil meraih tangan kananku dan mulai memasukkan benda melingkar yang tersemati dengan berlian mahal itu ke jari manis tangan kiriku.

Aku melihatnya tak percaya.

“Ada apa denganmu, apa kau tak mau bertunangan denganku?” tanyanya bingung karena melihat ekspresiku sekarang.

“Aniya, aku tak percaya ini”. Jawabku.

Kyu tersenyum manis dan mengecup keningku “saranghae” ucapnya  lembut.

“Nado” ucapku masih dengan ketidak percayaan yang menyerang kepalaku sekarang.

“Sekarang giliranmu chagi-ya” jawabnya sambil menyodorkan pasangan cincinnya dan menyuruhku melakukan hal yang sama padanya.

Dia memelukku, aku membalasnya. “Jangan nakal, karena kau sudah menjadi tunangan Cho Kyuhyun namja tampan dengan sejuta pesona” ucapnya bangga.

“Aniya” jawabku cepat.

“Mwo, wae? Kau tak ingin menjadi tunanganku ?” tanyanya terkejut.

“Aniya, bukan itu maksudku. Kau bukan namja tampan dengan penuh pesona, kau namja tua, Cho kyuhyun-ku sayang”. Ucapku sambil tertawa geli.

Pletaaak! Dia menjitak kepalaku.

“Appo”, ringisku kesakitan.

Tanpa meminta maaf, ia langsung mencium lembut puncak kepalaku yang dijitaknya.

“Saranghae” ucapnya manis.

“Nado” terima kasih tuhan, karena kau telah mendengar doaku, dan mengabulkannya secepat ini.

Sekarang semua orang di ruangan ini bertepuk tangan lebih meriah, tampak dari raut wajahnya, jika kegembiraan juga sedang menyelimuti mereka, menyelimuti kami semua. Aku bahagia, aku merasa sempurna berada diantara orang-orang seperti kalian, gomawo. Saranghaeyo.

THE END

Senin, 19 Desember 2011

A name to remember [One-Shoot]


Author   : Dinda


Title    : A name to remember


Cast   : - Choi Sooyoung
              -Cho Kyuhyun
              -Seo Joo Hyun


Genre : sad, romance

Annyeong... Author kali ini ga bawa ff tentang yoonhae, tapi ff tentang KyuYoung. Ini sebenernya pesenan temen author. Dia pesan ff SeoKyu. Tapi ya terpaksa author ganti.. Oke.. cukup curhat nya..
Langsung baca aja ya.. Check This Out !!!

WARNINGYANG GA SUKA COUPLE NYA LEBIH BAIK JANGAN BACA !
 

Sooyoung POV


Kufokuskan lensa kameraku untuk memotretnya. Dia yang tengah mendrible bola basket di sudut lapangan dengan diguyur sedikit gerimis. Dia merupakan idola di sekolahku sekaligus namja yang telah kusukai selama 3 tahun terakhir.

Namja itu bernama Cho Kyuhyun. Sekarang ini dia sedang mengelap keringatnya di bangku pojok lapangan. Beberapa yeoja menyodorkan minuman dingin kearahnya serta berusaha membantunya mengelap bulir-bulir keringat yang mengalir membasahi tubuhnya bercampur dengan air gerimis.

Bagaimana denganku? Aku Choi Sooyoung, yeoja biasa sepertiku hanya bisa mengamatinya dari balkon kelasku yang menghadap langsung kearah lapangan basket. Apalagi yang bisa kulakukan selain mengamatinya dan memotretnya? Aku tidak bisa menunjukan perasaanku padanya seperti yang dilakukan yeoja yeoja pengagumnya itu.

Cho Kyuhyun, namja itu berangsur pergi.

'Aku yakin dia pasti mengunjungi cafe di depan sekolah' gumamku seraya menuruni tangga sambil memainkan kameraku, membuka galeri foto yang hanya memiliki satu objek, Cho Kyuhyun, namja yang kusukai itu

Seperti yang kutebak sebelumnya, namja itu akan berkunjung ke café ini. Dia akan duduk pada meja nomor 7 dan memesan ice vanila latte. Dia selalu melakukan aktivitas rutinnya yang seperti ini sehabis berlatih basket. Aku mengamatinya dari luar café tidak berani untuk masuk. Tanpa membuang kesempatan, segera saja kuarahkan fokus kameraku kearahnya.

Aku tersenyum melihat hasil bidikanku kemudian menatapnya sekilas yang tengah memainkan ponselnya dan kuputuskan untuk melangkah pulang.

***

Tahun ini adalah tahun terakhirku bersekolah di jenjang menengah atas. Dan di tahun ini juga Tuhan memberikan anugrah yang indah padaku. Aku sekelas dengannya, Cho Kyuhyun itu... Ya aku satu kelas dengannya. Tapi, meskipun begitu, aku masih saja tidak pernah berbicara dengannya. Sepanjang 3 tahun aku mengenal dan menyukainya, belum pernah sekalipun kami saling bertegur sapa.

Miris? Tapi memang seperti itulah kenyataannya.

'Besok hari kelulusanku..' aku asyik bergumam sendiri menatap sebuah memo yang terpajang di meja belajarku.

Mungkin besok adalah kesempatan terakhirku untuk berbicara dengannya. Ya, aku harus melakukannya! Karna yang kudengar, setelah besok Kyuhyun akan meninggalkan Seoul dan meneruskan kuliah entah kemana. Itu yang kudengar dari tim gosip sekolah.

Baiklah, Sooyoung kau pasti bisa!

Aku mulai menuliskan rangkaian kalimat pada secarik kertas yang akan kujadikan sebagai bahan latihan untuk berbicara pada kali pertama dengan seorang Cho Kyuhyun.

"Kyu, selamat. Nilaimu sangat baik... Aishh itu terlalu kikuk"

"Hari ini kau sangat tampan... Tidak akan.. Aku tidak akan mengucapkan ini"

"Bagaimana nilaimu... Anni, apa kabarmu? Aish, bagaimana ini?" Kuacak-acak rambutku gusar. Aku terlalu gugup.

Semoga saja besok aku memiliki keberanian untuk mengajaknya berbicara. Kali pertama... dan mungkin juga untuk yang terakhir kalinya

***

Kurapikan blazerku sambil mematut diriku sendiri dihadapan cermin.

Aku sudah siap.

Kulayangkan pandanganku pada sebuah jam berwarna limun yang menggantung dengan indah di dinding kamarku.

"Sooyoung, hwaiting!" kata ku menyemangati diriku.

***

Sekolah menjadi benar-benar ramai hari ini. Tentu saja yang menjadi sebab keramaian adalah mereka-mereka yang memiliki tingkat kepopuleran ataupun siswa siswi dengan nilai kelulusan pada klasmen atas.

Aku tersenyum santai sambil memandangi papan pengumuman yang menempelkan nilai ujian akhir para siswa.

Cho Kyuhyun orang yang kusukai itu menempati posisi pertama. Dia benar-benar mengagumkan dan luar biasa.

Bagaimana dengan nilaiku? Sepertinya aku harus cukup berbesar hati mendapati kenyataan bahwa peringkatku 3 dibawahnya.

Mengira aku yeoja yang pandai? Anniya, aku tidak seperti itu. Semenjak aku menyukainya, beberapa hal dalam diriku mulai berubah. Aku mulai menyukai belajar dan berniat menjadi barista. Hanya ada satu yang takan pernah bisa membuatku menyamai kegemarannya. Basket - olah raga favoritnya itu. Sampai kapanpun aku takan bisa.

Sudahlah, lebih baik jangan membahasnya. Emm, ngomong-ngomong dimana Kyuhyun? Sejak tadi aku belum melihatnya.

Oh Tuhan, kumohon jangan sampai dia tidak hadir pada acara ini. Dia adalah bintang pada hari ini dan dia juga satu satunya alasan aku rela menghabiskan stok kertas dan memikirkan beberapa patah kata yang akan kuucapkan nanti hingga dini hari. Ya, semalam aku hanya tertidur beberapa jam saja.

"Sooyoung kemarilah" seru Baek songsaenim dari kejauhan. Beliau yang merupakan wali kelasku menyuruhku untuk mendekat.

Ditempatnya berdiri, sudah berkumpul sekitar 20 anak yang merupakan teman sekelasku.

CHO KYUHYUN!

Hatiku melompat kegirangan begitu menyadari kehadirannya yang tiba-tiba sudah berdiri disampingku.

"Kalian berdua, cepat kemari," Baek songsaenim menyeretku dan Kyuhyun untuk segera berbaris dan melangsungkan foto kelulusan kelas.

Tuhan, anugrah apalagi ini? Aku berfoto bersamanya, disampingnya. Aku berdiri tepat bersebelahan dengan orang yang kusukai!



"Cheers"



sinar blitz menandakan foto tadi sudah terbidik kamera.

"Se... Selamat" kuulurkan satu tanganku padanya dan dia menyambutnya. Dia menyambut uluran tanganku!

"Gomawo, Sooyoung-ssi" astaga aku benar benar nyaris pingsan.

Dia mengucapkannya sambil tersenyum.

"Cheon.. maneyo" ujarku tersendat. Tanpa terasa air mataku mengalir membasahi pipi dan sepertinya Kyuhyun melihatnya.

"Ada apa?"

"Kurasa mataku terkena debu" aku berbohong, Kyu. Aku terlalu gembira. Apa kau tau seperti apa rasanya?

"Perlu kubantu untuk meniupnya?"

mwo? Dia... Dia baik sekali. Tapi, jika hal itu terjadi, aku tidak bisa menjawin jiwa dan ragaku masih bisa bersatu setelahnya

"Uljima"


Author POV


Seorang yeoja, dia Choi Sooyoung membungkukan badannya pada seorang lelaki yang merupakan penjaga sebuah bangunan megah dihadapannya. Sooyoung baru saja selesai mengunjungi gedung sekolahnya dulu. Seperti biasa, pagi hari sebelum pergi bekerja, Sooyoung selalu menyempatkan diri mengunjungi tempat-tempat yang menjadi favorite Kyuhyun dulu.


"Kau akan melompati pagar ini jika terlambat" Sooyoung memandang hasil potretnya.

"Ini tempat duduk kekuasaanmu. Tidak ada satupun yang akan mendudukinya dulu" kali ini sebuah potret ruang kelas muncul di layar kamera milik Sooyoung.

"Kau selalu bermain basket pagi, istirahat dan sepulang sekolah di lapangan ini lalu... Kau akan kemari" Sooyoung memandang sebuah café yang kini menjadi tempatnya bekerja. Ya, impiannya untuk menjadi seorang barista tercapai. Sooyoung telah menjadi pegawai di café favorit Kyuhyun dulu.

"Itu dulu, 5 tahun yang lalu... Sekarang, bagaimana kabarmu Cho Kyuhyun?"

Sooyoung memakai seragam kerjanya di ruang ganti. Entah kenapa, hari ini dia sangat merindukan Cho Kyuhyun, cinta pertamanya yang telah membuatnya bertahan selama kurang lebih 8 tahun lamanya.

"Sooyoung, dia ada di depan" seru seorang yeoja yang merupakan rekan kerja Sooyung.

"Siapa? Hyuk oppa?" tanya Sooyoung.

Yeoja tadi berjalan mendekati Soyoung. "Tentu saja, lantas siapa lagi? Dia sudah bertingkah konyol dengan mengamatimu bekerja 2 jam lamanya selama seminggu ini. Apa kau tidak kasihan padanya? Sudahlah, terima saja cintanya"

Sooyoung  menghembuskan nafas berat sambil membereskan dapurnya.

"Apa kau tidak pernah menyukai seseorang?" Sooyoung bertanya.

Rekan Sooyoung tadi berujar cepat, "Tentu saja pernah"

"Bagaimana rasanya?" Untuk yang kesekian kalinya Sooyoung bertanya

"Emm..." teman Sooyoung tadi tampak berfikir

"Kau takan mampu menyukai orang lain jika dihatimu sudah menyimpan satu nama" Sooyoung tersenyum.


Teman Sooyoung tadi menggembungkan pipinya. "Mau sampai kapan kau terus mencintai namja yang bahkan tak kau ketahui keberadaannya sekarang ini? Hyuk oppa benar-benar mencintaimu"

"Dan aku benar-benar mencintainya. Mungkin perasaan itu akan berhenti seiring berakhirnya penderitaanku"

"YAKK CHOI SOOYOUNG! Aku tidak suka bicaramu!" kata rekannya itu setengah berteriak. Tapi tak ada jawaban dari Sooyoung.

***

Sooyoung  membuka lokernya. Diambilnya sebuah buku dari dalam loker tersebut. Anniya, itu bukan buku melainkan sebuah album foto.

Sooyoung mengamati sekelilingnya.

"Aman" ujarnya pelan dan mulai mengarahkan pandangan matanya pada album foto yang merupakan miliknya.

"A name to remember" Sooyoung membaca sebaris tulisan yang tertera pada sampul albumnya.

Album itu terpusat pada satu objek, ya hanya ada foto Cho Kyuhyun dan segala aktivitasnya didalam foto itu.

"Cho Kyuhyun, aku merindukanmu. Jeongmal bogoshipo" Sooyoung menitikan air matanya.

Pada lembar pertama, menunjukan foto kelulusannya. Ya, foto itu merupakan satu satunya bukti bahwa dirinya pernah dalam satu foto bersama orang yang disukainya, Cho Kyuhyun.


"Apa kau tau perasaanku? Aku mencintaimu" disentuhnya sebuah foto saat Kyuhyun tengah mengamati pelajaran dengan seksama. Matanya hanya terpusat pada papan tulis didepannya.

"Kau terlalu fokus sehingga kau tidak pernah menyadari sekelilingmu, Kyu" Sooyoung bergumam lirih.



Pada halaman selanjutnya, sebuah foto lapangan basket kosong dan dibawahnya adalah foto Kyuhyun saat tengah memainkan bola basket.

"Kau tau? Sekarang ini.. Pada pagi hari, tidak ada lagi yang bermain basket disana. Bagaimana caranya aku memohon pada Tuhan agar dapat memutar kembali waktu? 3 tahunku terbalas dengan 1 hari, Kyu.. Hanya satu hari saat perpisahan itu aku benar-benar merasa bahwa sebenarnya aku bisa lebih banyak membuat kenangan denganmu"


"Sooyoung, ayo mulai bekerja. Café sudah buka" seru seorang yeoja dari arah luar.

Dengan cekatan Sooyoung menutup album fotonya dan mengembalikannya ke dalam loker kemudian buru-buru menghapus air matanya.

"Aku segera kesana" Sooyoung memasang celemeknya dan berangsur pergi.



Sooyoung POV


Café sudah buka semenjak 3 jam yang lalu dan sekarang ini waktunya makan siang. Pada saat-saat seperti ini jumlah konsumen biasanya membeludak sehingga aku terpaksa harus membantu pekerjaan Yoona mengantarkan pesanan. Itupun jika sedang senggang.

"Sooyoung, tolong antarkan ini. Satu ice vanila latte dan pie ke meja nomor 7" Im Yoona rekanku itu berujar dengan cepat.

Langsung saja kuturuti perintahnya sebelum ia melemparkan seluruh aset dapur ke arahku. Dia itu karyawan yang nekat dan tidak takut pada bos.


Kulangkahkan kakiku menuju meja nomor 7 sesuai komando dari Yoona tadi.

Seorang namja dengan balutan jas abu-abu tuanya tengah terduduk memunggungiku. Potongan rambut, cara duduk dan gerak geriknya sangat mirip dengan...

Changkamman!!!

meja nomor 7?

vanila late?

Dia.. Apa benar dia Cho Kyuhyun?


Kuantarkan pesanannya. Aku melihat wajahnya sekilas. Benar saja, dia itu cinta pertamaku. Namja yang selama 5 tahun ini telah mengacaukan pikiranku.

"Selamat menikmati," ujarku ramah.

Dia menatapku.

Apa dia mengingatku?

Deg deg deg

kenapa jadi berdebar begini?

Ommona~



"Gamsahamnida" ujarnya.

Tenggorokanku tercekat. Rupanya dia tidak mengingatku.

Aish, apa-apaan kau ini Sooyoung? Bagaimana bisa Kyuhyun memgingatmu jika kalian saja hanya sempat berinteraksi beberapa kali dulu.

Babo babo babo. Apa artinya aku untuk seorang Cho Kyuhyun?

Huh, hentikan mimpimu, Sooyoung.


Kyuhyun yang sekarang memang masih sama dengan Kyuhyun yang dulu meskipun penampilannya sedikit berubah. Bahkan menu pesanannya pun masih sama seperti dulu. Tapi hal itu sama sekali tidak menjamin dengan kondisi ingatannya. Dia mana mungkin mengingatmu yang mungkin sama sekali tidak memiliki arti bagi hidupnya. Yah itu benar. Kaulah yang berarti, Kyu. Bukan aku.


"Yoona, aku ke toilet dulu" ujarku yang langsung meletakan nampan diatas meja dapur dan berlari menuju toilet.

Aku harus bahagia.. Ya, harus. Orang yang kusukai itu muncul dihadapanku seakan menunjukan padaku hidupnya yang sekarang. Dia telah menjadi namja berjas, dia telah menjadi orang yang sukses.

Aku turut berbahagia untukmu, Cho Kyuhyun..


Kukeluarkan 2 buah amplop dari dalam tas jinjingku.

Sebuah amplop membuatku tersenyum dan menitikan air mata dalam hitungan detik.

"Ketika aku menerima undangan ini kemarin, kupikir tidak akan ada kau di acara nanti. Tapi aku salah. Kesempatan itu masih ada, buktinya aku bertemu denganmu hari ini" dengan sedikit dipaksakan, kutarik seulas senyum. Yang kubaca saat ini adalah secarik undangan reuni sekolah angkatanku dulu. Acaranya besok.

Awalnya aku ingin sekali untuk tidak menghadiri acara itu, tapi mengingat Kyuhyun telah kembali ke Seoul, sepertinya aku akan menjadi orang paling bodoh jika tidak hadir besok.

Untuk orang yang kutunggu kehadirannya selama 5 tahun ini, aku masih tetap sama seperti dulu. Aku tetap mencintaimu, Cho Kyuhyun.


Kugeser amplop tadi. Yang kupandang sekarang adalah sebuah amplop berlogo 'Mapo-gu Hospital'. Menyakitkan sekali jika aku harus mengingatnya. Tanpa membaca isinya pun aku sudah tau apa yang tertulis disana.


"Sooyoung, apa kau di dalam?"

itu suara.. Yoona!


Aish, buru-buru kumasukan 2 amplop tadi kembali pada tas jinjingku.

Yoona masuk begitu saja, mengamatiku dari atas kebawah lalu kembali lagi keatas. Ditatapnya wajahku sambil memicingkan sepasang bola matanya. "Kau menyembunyikan sesuatu?"

"M... Mwo? Tanganku kosong, aku tidak sedang menyembunyikan sesuatu" semoga saja Yoona tidak menyadari kebohonganku. Mianhae~

"Bukan pada tanganmu, tapi pada hati dan pikiranmu"

aku bungkam. Dia benar.

"Kau tak mengenalku secara mendetail, Yoona. Kita baru bertemu setengah tahun yang lalu"

Kulihat Yoona mengepalkan tangannya kuat, kemudian menghela nafasnya kesal. "Jika kau ingin bercerita, aku akan selalu ada waktu untukmu. Kapanpun" Yoona berangsur pergi meninggalkanku sendiri lagi di ruang pegawai.

"Jika kau mengatahuinya, kau pasti akan berubah, Yoona. Aku tidak akan menyukai perubahanmu itu. Mianhae.."


Author POV


Sooyoung berjalan kikuk memasuki sebuah hotel yang merupakan tempat reuninya.

Yeoja itu hanya mengenakan dress bermotif sakura dominan warna putih dan sepasang sepatu berhak pendek warna senada.


"Ommona, kau Sooyoung kan? Choi Sooyoung?" seorang namja yang kebetulan berpapasan dengan Sooyoung memandang takjub kearahnya. Satu tangan namja itu memegang segelas soft drink.

"Sekarang kau bertambah cantik" namja tadi mengulurkan gelasnya yang masih terisi penuh kearah Sooyoung.

"Gomawo, siwon-ssi" Sooyoung tersenyum kikuk.

"Kau masih mengingatku?"

Sooyoung mengangguk. "Kau adalah orang yang paling sering menjodohkanku dengan Kyuhyun dulu."

"Hahahaha" Siwon tertawa. "Kalian itu dua orang yang paling pandai dikelas, dan kulihat kalian tidak dekat.. Kau sudah bertemu dengan Kyuhyun?" Siwon bertanya. Sooyoung menggeleng.

"Ayo kuantar. Dia akan mengadakan pertunjukan yang sangat menarik. Dia benar-benar berubah menjadi namja yang romantis sekarang."

***

Sooyoung berdiri disamping Siwon. Yang dilihat yeoja itu saat ini adalah seorang Cho Kyuhyun yang tengah berlutut sembari mengulurkan sebuah cincin kepada yeoja cantik di depannya.

Sooyoung mengenal yeoja itu, dia siswi paling populer disekolahnya dulu.

Tenggorokan Sooyoung tercekat seperti terganjal sesuatu. Hatinya remuk hancur berkeping-keping namun bibirnya tetap membentuk sebuah lengkungan senyum.



"Terima.. Terima.. Terima" bersamaan dengan teman-temannya yang lain, Sooyoung ikut mengucapkan kata kata yang justru membuat hatinya makin pedih.

Kyuhyun menutup kedua matanya sambil tangannya masih terus mengarahkan cincin tadi pada sesosok yeoja cantik dihadapannya, Seohyun.

Ketika akhirnya Seohyun menerima cincin pemberian Kyuhyun, ketika itu pula Sooyoung merasakan kepedihan yang teramat sangat.



Kyuhyun berjalan selangkah mendekati Seohyun kemudian mencium bibir yeoja itu sekilas. Sontak saja hal itu menyebabkan teriakan teriakan dari para tamu undangan yang lain. Kejadian itu tepat didepan mata Sooyoung.



'Choi Sooyoung, untuk kali ini berbohonglah. Katakan pada dirimu sendiri bahwa kau bahagia. Kau turut berbahagia atas kebahagiaan namja yang kausukai' Sooyoung berujar pada dirinya sendiri. Ia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak mengalir.



"Waeyo?" Siwon melirik kearah Sooyoung.

"Gwenchana, aku hanya bahagia saja melihatnya. Kyuhyun benar-benar romantis" jawab Sooyoung penuh kebohongan.

"Siwon-ssi, aku permisi dulu" Sooyoung melangkahkan kakinya ke toilet.



Dia menangis sepuasnya didalam sana. Dia bahagia ya, dia memang bahagia.

"Untuk kebahagiaanmu, aku juga akan berbahagia, Kyu" Sooyoung mengeluarkan kameranya.

"Bahkan aku berani mengambil fotomu dan Seohyun tadi. Itu bukti bahwa aku tidak sedih menerima kenyataan ini."

Sooyoung memang sempat memotret saat saat Kyuhyun melamar Seohyun tadi. Saat mereka berciuman pun Sooyoung masih bisa menahan perih untuk memotretnya.



Tangan Sooyoung meraih sebuah amplop dari dalam tasnya. Itu amplop yang kemarin.

"Dia bahagia, penantian dan harapanku selama bertahun tahun telah terwujud. Sekarang aku siap"

Sooyoung memandang dirinya dihadapan cermin toilet. Tiba-tiba saja yeoja itu terbatuk dan mengeluarkan cairan darah segar dari dalam mulutnya. Buru buru Sooyoung menyalakan keran dan membasuk noda kemerahan itu.


"Karna mencintaimu, aku bisa kuat hingga saat ini, Kyu. Bagaimana caranya aku harus berterima kasih?"

***

Ke esokan harinya Sooyoung meletakan sebuah amplop coklat besar di depan pintu rumah seseorang tanpa bermaksud mengetuk daun pintunya. Itu rumah Kyuhyun.

Sooyoung tersenyum simpul memandang rumah itu. Hari masih sangat pagi. Jam masih menunjukan pukul 5 dini hari.

"Kau pasti masih terlelap" ujar Sooyoung pelan.

Perlahan, yeoja itu melangkah mundur. Ditariknya sebuah koper bersamaan dengan langkahnya yang mulai beranjak pergi meninggalkan rumah Kyuhyun.

***

Bunyi alarm yang gaduh membuat Kyuhyun terpaksa harus mengalah dengan dirinya sendiri. Dengan malas ia bangkit dari ranjangnya dan pergi ke meja makan.

"Kenapa tidak ada makanan satupun?" Kyuhyun berdecak kesal. Ia pergi menuju pintu utama untuk mengambil koran.



Cklekk



Kyuhyun mengambil koran hariannya. Tiba-tiba saja matanya menangkap sesuatu tak jauh dari letak korannya tadi.

"Amplop?" Kyuhyun mengernyitkan keningnya bingung.

Dibukanya amplop itu dengan cekatan.



Amplop itu berisikan puluhan foto.

Sebuah potret ruang kelas yang kosong, dan sebuah potret dirinya ketika tertidur di kelas.

'Jika Baek songsaenim melihatnya, pasti jabatan murid teladan itu akan lengser darimu'



Sebuah lapangan basket yang kosong, dan sebuah foto ketika Kyuhyun tengah memainkan bola basket miliknya


'Kuakui kau memang hebat. Kau gemar sekali menebar pesona pada para yeoja di pinggir lapangan'



potret sebuah café dengan nomor meja 7 yang kosong, dan potret Kyuhyun ketika tengah memainkan ponselnya sambil meminum pesanannya.

'Meja nomor 7 dan ice vanila latte. Boleh aku bertanya kenapa kau menggemari 2 hal itu?'



pada bagian akhir terdapat secarik kertas berwarna biru.



"Beritahu aku bagaimana caraku untuk berterima kasih padamu. Terima kasih telah membuatku mencintaimu selama 8 tahun lamanya, Cho Kyuhyun.

Aku belajar banyak darimu. Selamat tinggal. Semoga kau bahagia. Saranghae~" Kyuhyun membaca isi dari kertas tadi.



"Ini dari siapa?" kyuhyun nampak kebingungan.

"Apa ini dari Seohyun?" pikir Kyuhyun. "Apa dia telah menyukaiku sejak 8 tahun yang lalu? Ah tidak. Sepertinya ini bukan darinya"

***

Sooyoung terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Yeoja itu mengenakan pakaian pasie berwarna hijau kebiruan lengkap dengan penutup kepala yang menutupi rambutnya.

Untuk yang kesekian kalinya Sooyoung membuka album fotonya, 'A name to remember'



"Difoto ini pertama dan terakhir kalinya aku dapat satu foto denganmu, Kyu" Sooyoung mengarahkan telunjuknya pada wajah Kyuhyun dalam foto itu.



"Meskipun ini foto satu kelas, aku tetap bahagia. Aku bisa memamerkan ini pada hatiku sendiri." Sooyoung tersenyum manis.



"Siapa yang menyangka bahwa aku akan bertemu kembali denganmu setelah hari perpisahan itu? Tuhan memang baik padaku. Bahkan disaat saat akhir seperti ini, aku masih sempat melihatmu yang berbahagia" air mata Sooyoung kembali menetes. "Aish, kenapa aku menangis. Akhir-akhir ini aku cengeng sekali" buru-buru Sooyoung menyeka air matanya.



Tiba-tiba saja dua orang perawat masuk kedalam ruang rawat Sooyoung.

"Nona Choi, apa kabar?" tanya salah seorang dari mereka.

"Sangat baik" Sooyoung tersenyum.

Dua perawat tadi mendorong ranjang Sooyoung menuju ruangan lain. Ruang operasi.



Sooyoung tersenyum ketika mendapati seorang dokter tengah memandang sendu kearahnya. Dia hanya ingin menunjukan pada sang dokter bahwa dia baik-baik saja. Dia masih bisa tersenyum.

"Lakukan yang terbaik dokter. Saya siap dengan konsekuensi terburuk sekalipun." ujar Sooyoung. Tangannya masih mencengkram kuat samping ranjangnya.



"Kau pasti bisa melewati masa masa ini, nona Choi" dokter itu berujar.

"Tentu saja, dok. Saya telah bertemu dengannya. Perasaan itu akan saya jadikan sebagai kekuatan untuk melawan penyakit ini" Dokter itu mengangguk.




"Suster, tolong jarum suntik dan obat biusnya"




seketika Sooyoung merasakan gelap. Selanjutnya ia tidak tau apa-apa lagi.

Yang ia ingat hanya nama itu dalam biusnya.

A name to remember, Cho Kyuhyun.



Choi Sooyoung, December 1st 2011



Bulir bulir salju musim dingin membuat batu nisan itu sulit terbaca. Di dekat batu nisan itu, tergeletak sebuah album foto milik Sooyoung. Ya, album fotonya yang bertuliskan 'a name to remember'



Tepat pada hari ini, Sooyoung meninggal.

Oprasi transplantasi paru-paru yang dijalaninya gagal. Dia telah bertahan cukup lama dengan penyakitnya.

Ketika pada akhirnya kekuatan cintanya juga tidak kuat melawan semua rasa sakitnya. Ketika pada akhirnya dia menyerah pada penyakit yang membuatnya tidak bisa bermain basket, olahraga favorit Kyuhyun. Dia ingin merasakan tangannya mendrible permukaan bola orange itu, tapi penyakitnya seolah tidak mengijinkan Sooyoung untuk melakukannya. Kondisi badannya bisa menurun drastis. Dan Sooyoung sangat membenci itu. Membuatnya melewatkan hari dengan terbaring lemah pada ranjang rumah sakit tanpa bisa pergi kesekolah untuk sekedar bertemu dengan Kyuhyun, namja yang disukainya.



'Tuhan, aku memiliki permohonan. Hari ini dia akan melangsungkan pertunangannya. Aku ingin memberi ucapan selamat padanya. Bisa kau kabulkan permohonanku?'

***

Kyuhyun dan Seohyun tengah melangsungkan pertunangan mereka. Dengan balutan setelan jas dan gaun putih, mereka berdua tersenyum manis kepada para tamu undangan. Mereka nampak serasi.


"Sooyoung-ssi, kau datang?" Seohyun melangkahkan kakinya mendekati sesosok yeoja yang tengah berjalan kearahnya.

"Selamat" Sooyoung tersenyum tulus.

Seohyun memeluk Sooyoung erat. "Gomawo, Sooyoung-ssi"

Seohyun melepaskan pelukannya pada Sooyoung. "Badanmu dingin sekali. Apa kau sakit?"

"Nan gwenchana. Dimana Kyuhyun? Aku belum memberinya ucapan selamat"


"Semoga bahagia. Selamat tinggal dan terima kasih" Sooyoung menjabat tangan Kyuhyun sambil tersenyum bahagia. Beberapa detik kemudian yeoja itu melangkahkan kakinya keluar ruangan.


'Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk melihatnya berdiri dengan bahagia. Kau adalah nama yang akan selalu kuingat, Cho Kyuhyun.'


Sooyoung  kembali menengokan kepalanya kebelakang. Dilihatnya Kyuhyun dan Seohyun yang tengah tersenyum dengan raut wajah barseri-seri.


'Semoga kau bahagia, Kyu'


Perlahan Sooyoung pergi meninggalkan tempat itu. Seiring dengan langkahnya, tubuhnya menghilang bersamaan dengan buliran salju musim dingin. Sooyoung bisa tenang disana.


***


"Oppa bilang padaku, cinta pertama oppa akan oppa undang pada acara pertunangan kita ini. Mana? Aku ingin tau" Seohyun menatap Kyuhyun penuh harap, sementara yang ditatap hanya bisa tersenyum tanpa menjawab.

"Yakk tepatilah janjimu oppa. Kita sudah berjanji untuk saling memberitahu siapa cinta pertama kita. Aku sudah memberitahumu bahwa cinta pertamaku itu Lee Donghae. Kapan oppa akan memberitauku siapa cinta pertamamu?" Seohyun mengerucutkan bibirnya.

Kyuhyun meliriknya sekilas.

"Kau benar ingin tau?"

"Tentu saja!"

"Dia... Dia yeoja yang tadi kau peluk. Dulu aku sangat malu untuk dekat dengannya. Aku takut dia tidak menyukaiku. Hingga saat ini, aku belum pernah mengungkapkan perasaanku padanya."


Choi Sooyoung, December 1st 2011

lembaran album foto itu tertiup angin hingga terhenti pada lembar yang paling akhir.

"A name to remember, Cho Kyuhyun.
Aku mencintaimu, apa kau tau itu?"


THE END


Eotteohke? Eotteohke?

Mianhae ya kalo ff ku selalu sad ending.
Oh ya, jangan lupa like & komennya okee... !!
Yang udah likeatau komen, gomawo ya..

Senin, 12 Desember 2011

Memories... [One-Shoot]



Author          :  OnewYoonAddict


Genre           : Sad romance


Length          : Oneshoot


Main cast     : Im Yoona a.k.a Yoon


                        Lee Donghae a.k.a Donghae


Other cast    : Seo Joo Hyun a.k.a Seohyun


                        Choi Siwon a.k.a Siwon


                        Cho Kyuhyun a.k.a Kyuhyun


 Tittle            : Memories.. .

Annyeonghaseyo! Lama tak jumpa (lebay) mian, lama gak nongol di dunia per FFan dikarenakan kemaren aku UAS, tapi nanti tanggal 5 Desember aku UAS lagi T.T berbeda dengan FF yang lain biasanya yoona suka di pair sama onew ato yesung, sekarang aku pengen beda, jadi sama donghae deh ^,^ yah, walaupun aku gak terlalu ‘fanatik’ sama couple ini, tapi entah kenapa aku pengen bikin FF YoonHae -,- ok, selesai ya curhat2annya, lanjut deh ceritanya ^o^


WARNING : YANG GA SUKA COUPLE NYA LEBIH BAIK JANGAN BACA !


^o^o^o^o^o^o^o^o^o^o^o^

Yoona POV

Kringg.. Kringg..
Bunyi alarm membuat mataku perlahan2 terbuka, sinar matahari membuatku sedikit menyipitkan mataku, aku beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi, tapi tanpa sadar aku terpaku pada sebuah benda –netbuk warna pink ku- yang membuatku teringat pada waktu itu, aku tersenyum.

Flashback

“Annyeonghaseyo” seorang namja mengetuk pintu kelas kami.

“Ya, masuk.” Songsaengnim menatap kearah pintu kelas kami.

Seorang namja pun masuk ke kelas kami dan bicara dengan songsaengnim, aku tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, jadi kuputuskan untuk menopang daguku dan melihat keluar jendela.

“Ada yang membawa netbuk?” ucap songsaengnim. Akupun mengangkat tanganku.

“Yoona-ssi, murid ini ingin meminjamnya, bolehkah?” aku hanya mengangguk dan mengeluarkan netbuk dari tasku, aku berjalan kearah songsaengnim.

“Ini..” aku menyerahkan netbukku ke namja itu.

“Kamsahabnida, nanti aku akan ke sini lagi.” Ucapnya sambil tersenyum. Aigo~ senyumannya manis sekali.

“Kalau begitu terimakasih songsaengnim dan umm, Yoona-ssi.” Namja itupun keluar dari kelasku, sedangkan aku hanya bengong.

“Eheem.” Deheman songsaengnim membuatku kaget.

“AH, ne, waeyo songsaengnim?” ucapku gelagapan.

“Kau boleh duduk sekarang..” aku mengangguk dan segera duduk di bangkuku.

End flashback

Aku tersenyum, memori itu kembali terputar di otakku, walaupun sudah 5 tahun sejak pertemuan kami, tapi kejadian itu tak pernah terlupakan sedikitpun.


***

Tangan kananku mengetuk2 meja makan, sedangkan tangan kiriku menopang wajahku yang oval ini.

‘hah, lama sekali’ batinku. Tiba2 pikiranku kembali ke masa lalu.

Flashback

‘sudah hampir jam 4, kemana namja yang meminjam netbuk ku? Padahal kelas sudah berakhir jam 3 tadi, apakah dia membawa netbukku pulang?’ batinku, hatiku mulai gelisah, dimana namja itu ? dan betapa bodohnya aku tidak menanyakan nama dan kelasnya. Aku menjitak kepalaku sendiri.

Sekarang aku mulai takut, dikelas ini aku hanya sendirian, dan guru2pun sudah hampir semua pualng, yang tersisa hanya petugas yang tinggal disini, bulu kudukku mulai merinding, aku merasa ada yang memegang pundakku.

“KYAAAAAAA!!!!” aku menangis, aku menutup mataku, aku gemetaran.

“Yoona-ssi, gwenchana?” aku mulai membuka mataku, dan ternyata itu adalah namja yang meminjam netbuk ku.

“Ya! kau mengagetkanku saja!” aku mulai menghapus air mataku.

“Mianhae, habis aku liat kau sedang melamun..” namja itupun menyerahkan netbukku.

“dan kenapa kau lama sekali? Aku sudah ketakutan!”

“Mianhae, tadi aku mengerjakan tugasku dulu..” aku melipatkan tanganku di dadaku.

“sebagai gantinya kuantar kau pulang..”

“Ok, antar aku pulang sekarang.. dan kuanggap aku tak pernah kesal padamu..”

End Flashback

Hum? Hum? Bau apa ini? Gosong? Jangan2?

“KYAA!” aku berteriak sekencang2nya. makananku, gosong, padahal sudah cape2 memasaknya dan menunggunya matang.. ah..

Aku hanya tinggal sendiri -untuk belajar mandiri- dan aku paling tidak suka kalau sudah begini.

‘Haah, lebih baik aku tiduran saja!’ gumamku kesal, dengan cepat aku melemparkan badanku ke atas kasurku yang empuk, aku melihat ke langit2 dan pikiranku menerawang jauh.

‘Hmm, dari dulu sampai sekarang aku benar2 pabo!’ batinku.

Flashback

“Seohyunnie!”

“Wae?” ucap Seo sinis tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya.

“A…” belum aku selesai bicara Seohyun sudah memotongnya.

“Aku ingin tau nama namja yang meminjam netbuk ku dulu.. “ Seohyun mengalihkan pandangannya ke arahku.

“kau mau bilang begitu kan?” lanjutnya sedangkan aku hanya tersenyum dengan wajah innocent.

“Haah, setiap hari kau selalu saja bilang begitu..” matanya kembali beralih melihat huruf2 yang ada dibuku itu.

“Ayolah Seohyunnie, bantu aku… Jebal..”

“Anniyo ”

“Ish, kau ini, kau jahat, kau kan temanku..”

“Kau yang pabbo, kenapa dulu kau tak menanyakan namanya? Minimal kelasnya lah ! Padahal kalian kan pernah pulang bersama!”

“Aku lupa”

“Aish, sudahlah, aku mau ke kantin dulu..”

End flashback

Aku tersenyum, memori itu, kenangan itu, sama sekali tak bisa dilupakan..

Kini pandanganku beralih kesebuah novel lusuh, kertasnya sudah menguning, novel berjudul ‘Rainbow of life’ aku segera turun dari kasurku.

‘Benda itu masih disini’ gumamku pelan dan mengambil novel itu dan kembali melemparkan badanku ke atas kasur.

Flashback

‘Huh! Teganya kau Seohyun! Lihat saja kalau kau minta bantuanku untuk mendekatkanmu dengan kyuhyunmu tak akan kubantu sedikitpun!’ aku mengerucutkan bibirku.

“Haaaah, meningan aku baca novel ini saja, semalam aku belum sempat membacanya.” Aku mengeluarkan novel yang baru aku beli kemarin –Rainbow of Life- .

Tak sampai 5 menit aku membacanya di kelas tapi aku sama sekali tak bisa berkonsentrasi.

‘Haah, berisikk!’ gumamku pelan. Aku akhirnya keluar dan menuju ke tempat yang aku yakin disana hening –perpustakaan-

Benar dugaanku disini sangat hening.

”Waah ! Novel itu! dimana kau mendapatkannya?” ucap seseorang di belakangku.

‘Haah, ada juga yang menggangguku.’ Ucapku dalam hati, aku pura2 tak mendengarkan suara itu.

“Chingu, kenapa kau tak menjawabku?” ok, sekarang aku mulai kesal. Aku pun menoleh ke kanan, dan betapa kagetnya wajah namja yang selama ini aku cari berada didepan wajahku tepat di depan wajahku!

“Yoona-ssi?” ucapnya kaget, dan tanpa disuruhpun dia duduk disampingku.

“A..h.. ne..?” ucapku gelagapan. Namja itu menunjuk kearah novelku.

“Ah, ini aku beli di Sone book shop..”

“Kau sudah membacanya sampai habis?”

“Anni baru sampai setengah..” ucapku masih gelagapan.

“Ooh, bolehkah nanti aku meminjamnya?”

Ah! Dengan begini aku pasti akan bertemu dengannya. Kk~

Aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum.

“Ya sudah aku kekelas dulu ya.” dia beranjak pergi.

“Chakkaman!” namja itu menoleh kearahku dengan tatapan bingung.

“Namamu siapa?” ucapku ragu.

“Ah, ne, aku belum memperkenalkan diriku. Lee Donghae imnida ! Aku dari kelas 9-3.”

Aku mengangguk lagi. “Yasudah aku pergi dulu ya, annyeong !” ucapnya sambil melambaikan tangannya.

‘Ah, jadi namanya Donghae, nama yang bagus’

End Flashback

‘Donghae.. Lee Donghae.. Donghae Oppa..’

Aku tersenyum sendiri, melihat kearah waktu dulu..

Flashback

‘omo! Dugeun dugeun !’ batinku sambil memegangi dadaku yang sedari tadi berkonser ria.

“Kau mau memberikannya sekarang?” ucap Seohyun sinis.

“Biasa aja kali, jangan sinis, ya aku mau memberinya sekarang.”

“Kau sudah membacanya sampai habis?” aku menggeleng pelan.

“Ish, yeoja ini..”

“Yasudah aku kekelas Donghae Oppa dulu ya! pai!”

Aku melangkahkan kakiku perlahan2, tanganku gemetaran, dan sekarang aku sudah sampai didepan kelasnya.

“Annyeong..” semua murid2 melihatku aneh dan kulihat Donghae Oppa sedang berbincang2 dengan temannya.

Hening. Semua murid –kecuali Donghae dan temanya- melihatku.

“Kenapa hen.. Ahh, Yoona-ssi.” Donghae Oppa tersenyum dan berjalan kearahku.

“Donghae-ssi ini..” aku menyerahkan novelku.

“Ah, ne gomawo, kau sudah membacanya?” aku mengangguk pelan.

“Hebat padahal kemarin kau baru membacanya setengahnya.” Aku tersenyum mencoba menghilangkan kenyataan kalau aku belum menyelesaikan novel itu.

“Kamsahabnida Yoona-ssi.”

“Ne Cheonma Opp, eh Donghae-ssi!”

Ampun! Aku keceplosan! Ah, Yoona pabbo! Aku mengutuk diriku sendiri.

“O..p..pa?” ejanya ,aku menunduk malu.

“Hahaha, kau boleh memanggilku Oppa, Yoongie” aku mengangkat kepalaku tak percaya.

“Jinjja? Gomawo Oppa..”

“Ne, sudah2 cepat kembali ke kelasmu.” Aku mengangguk dan kembali ke kelasku.

End Flashback

Haah, masih teringat jelas bagaimana ekspresi Donghae Oppa sangat pertama kali kupanggil Oppa. aku tersenyum (lagi).

haruharu neoman barabomyeo hangsang gidaryeo bollae

ojik neo hanaman algo saranghae julge

saranghagiedo akkaun siganinde

neo eobsin amugeotdo hagi sirheunde

Aku mengambil handphoneku dan kulihat itu sms dari Lee Taemin, sepupuku yang masih duduk dibangku SMP, dia bilang orang tuanya sedang pergi, dia menanyakan bagaimana memasak kimchi. Akupun membalasnya.

Tanpa aku perintah, tanganku memencet tombol ‘kontak’ aku melihat satu persatu nama2 yang ada dikontakku. Dan jari2ku berhenti bergerak pada nomor Lee Donghae.. aku tersenyum, mengingat bagaimana pertama kali aku mendapatkan nomornya.

Flashback

Aku duduk dikelas melihat ke luar jendela sambil menopang daguku, itulah kebiasaanku jika aku sedang bosan. Tiba2 aku merasa ada yang menimpa kepalaku, dan saat aku melihat ke atas novel yang berat menimpa kepalaku.

“Oppa?”

“Gomawo, Yoongie, ceritanya sangat bagus,” ucapnya.

Aku mengangguk, aku berpikir urusan kami sudah selesai, berarti aku tak akan bertemu lagi dengannya. Omo ! Aku harus melakukan sesuatu !

“Yasudah, Annyeong !” ucapnya sambil mengerlingkan sebelah matanya.

“Oppa! chakkaman!” terlihat seisi kelas melihat ku aneh, ya, mungkin suaraku terlalu kencang.

Donghae Oppa menaikkan sebelah alisnya. Aku segera beranjak dari kursiku dan menarik lengan Donghae pelan keluar kelas.

“Mwo yoong?”

“Oppa.. aku minta nomor hapemu..” ucapku malu.

“Haahaha!” Donghae Oppa tertawa keras.

“Waeyo Oppa?”

“Kau mengajakku keluar cuma ingin meminta nomor hapeku?” aku mengangguk polos.

“Aigo, kau sangat polos sekali” ucapan Hae Oppa membuatku tersipu malu, lalu kami bertukar nomor handphone.


End Flashback

Haha, aku tertawa sendirian mengingat kenangan itu lagi, apakah aku sepolos itu? semenjak hari itu kami sering SMS-an, bahkan telfonan, dan betapa kagetnya aku saat Donghae Oppa sudah mempunyai yeojachingu, aku ingat dulu aku sampai menangis semalaman sehingga membuat mataku sembab, sejak hari itu aku menjadi cuek padanya, berusaha melupakannya, tapi sia-sia, rasa sukaku padanya sudah menyebar ke seluruh tubuhku, aku tersenyum kecut, aku mengguling2kan (?) badanku diatas kasurku berharap rasa jenuh ini berakhir, tapi pandanganku beralih pada sebuah foto, foto kelulusan saat aku SMP, disana mataku terlihat sembab..

Flashback


“Seohyunnie! Benarkah kau akan melanjutkan SMAmu ke Jepang? Lalu bagaimana denganku? Bagaimana dengan kyuhyun?” ucapku dengan terisak, padahal seharusnya aku bahagia karena ini adalah hari kelulusanku.

“Kyuhyun Oppa katanya akan sekolah disana juga, tapi berbeda SMP, Yoong, aku tak mau pisah denganmu..” balas Seohyun masih dengan air mata yang membasahi pipinya.

“Seohyun, kau jangan lupa denganku ya, kau harus menghubungiku setiap hari! Yakso?” ucapku sambil mengangkat jari kelingkingku.

“Yakso.” Ucap Seohyun.

“Lalu bagaimana dengan Donghae?”

Aku menggeleng pelan. “Entahlah, akhir2 ini aku kehilangan kontak dengannya, aku tak tau dia SMA dimana..”

Seohyun menepuk pundakku. “Yoona. Perjuangkan cintamu.. Arra?” aku hanya tersenyum tipis.

End Flashback

Aku mendesah pelan, ‘Seohyun-ah, bogoshippo ’ . dan untuk kedua kalinya tanpa aku perintah aku langsung beranjak dari tempat tidur dan berjalan kearah lemari berpintu 3, aku melihat baju kembar yang biasa aku kenakan jika jalan2 dengan Seohyun. Tapi tiba2 tanganku berhenti pada sebuah pakaian seragam, seragam SMA. Aku tersenyum dan mengeluarkan baju itu.

Flashback

Haah, hari yang membosankan, hari pertama aku sekolah di SMA Shinwa, SMA yang paling bagus di Seoul, aku merasa kesepian sangat kesepian, saat makan siangpun aku sendirian, selalu sendirian, berbeda dengan saat SMP aku sangat terbuka, tapi sekarang aku sangat tertutup.

Seminggu aku melewati hari2 disekolah dengan lamunan, membayangkan bagaimana kabar Seohyun dan Donghae Oppa diluar sana, bahkan aku sengaja mengganti nomor hapeku untuk melupakan Donghae Oppa, tapi sepertinya usahaku gagal, karena diotakku sudah lekat dipenuhi oleh nama ‘LEE DONGHAE’

Sabtu ini aku harus menjalani ekskul, dari sekian banyak daftar ekskul, akhirnya aku memilih ekskul dance. Aku mengikuti semua gerakan yang diberikan Park Songsaengnim berikan.

“Annyeong Songsaengnim, mianhae aku terlambat.” Ucap seorang murid, tapi aku tak memperdulikannya.

“Kenapa kau terlambat?”

“Tadi ada sedikit urusan..”

“Baiklah, kau hanya terlambat 10 menit, aku bisa menoleransinya, sekarang cepat gabung Donghae-ssi!”

Deg ! donghae? Siapa ? donghae? Aku segera mengalihkan pandanganku ke murid itu.

“Donghae Oppa?” ucapku tak percaya.

“Yoona?” Donghae Oppa tak kalah kagetnya.

“Oppa, aku tak menyangka kita akan satu sekolah lagi.” Ucapku sambil tertawa garing dan setelah itu aku meminum sebotol air putih, sekarang waktunya istirahat.

“Ne, aku juga tak menyangka akan bertemu denganmu. Ah ne, kenapa kau susah sekali dihubungi? Aku khawatir.”

UHUK, aku tersedak dan membuat donghae oppa menaikkan sebelah alisnya.

“Ehh, Aku,, aku ganti nomor hape oppa!” ucapku sambil memasang wajah innocent.

“Ish, kau ini! Teganya~! Baiklah sekarang serahkan nomor handphonemu!”

“Ne Oppa ”

End Flashback

Aku memakai baju itu, masih cukup ternyata, aku tersenyum sambil mematut diriku didepan cermin. Aku ingat sejak saat itu aku kembali terbuka dan dekat dengan Donghae Oppa, bukan karena aku satu sekolah dengan Donghae Oppa, tapi karena Donghae Oppa sudah putus dengan pacarnya. Dan aku berpikir kalau peluangku untuk mendapatkannya menjadi lebih besar.

Aku memutar2 tubuhku layaknya seorang putri, dan tanpa sengaja aku mataku menangkap sebuah benda.
Aku mengambil boneka itu dan melayang2kannya dan akhirnya aku kembali menghempaskan tubuhku ke kasur.


Flashback

“Oppa, tumben kau mengajakku ke danau ini. Biasanya kan ke taman.” Ucapku heran.

“Tak apa kali, kan bosan ke sana terus.” Ucapnya sambil melakukan wink kepadaku, dan seketika hatiku mulai dag dig dug tak karuan.

Kami bermain angsa2an, sempat ada rasa takut karena aku tak bisa berenang, tapi Donghae Oppa meyakinkanku aku tak akan apa2.

Waktu sudah menunjukkan 07.00 malam.

“Oppa, kajja pulang.” Rengekku. Donghae oppa hanya membalas nya dengan anggukan.

Sepanjang jalan di mobil tak henti2nya Donghae Oppa mencuri melihat kearahku, suasananya jadi canggung, sempat beberapa kali mata kami bertemu tapi dengan cepat aku memalingkan pandanganku.

“Oppa, kok berhenti disini?” aku terheran2 karena Donghae Oppa berhenti dipinggiran jalan, dan sekarang kami menghadap ke sungai, aku menyandarkan tanganku di tiang pembatas.

Suasana malam Seoul sangat ramai sekali, dan tentu juga bising, tapi tak ada yang memperhatikan kami berdua.

“……. Yo”

“Mwo Oppa? aku tak dapat mendengar mu!” ucapku sedikit berteriak karena suara Donghae Oppa tertutupi oleh bisingnya kendaraan yang berlalu lalang.

“Saranghaeyo!”

“Mwo?” ucapku tak percaya, aku memastikan telingaku tidak rusak.

“IM YOONA SARANGHAEYO~! MAUKAH KAU MENJADI YEOJACHINGUKU?” ucap Donghae Oppa sambil berteriak.

Aku terdiam sesaat masih mencerna semuanya.

Aku berusaha mengeluarkan kata ‘ne’ tapi sepertinya mulutku tak setuju. “Apakah Oppa tak tau sejak oppa meminjam netbuk ku aku sudah menyukai Oppa?” ucapku datar.

“Dan untuk apa aku menolakmu?” ucapku tersenyum, lalu Donghae Oppa langsung menarikku ke dalam pelukannya.

“Yoongie tunggu sebentar.” Donghae Oppa mengeluarkan sesuatu dari belakang joknya sesaat aku sampai dirumah.

“Igo Mwoya?” ucapku sambil melihat kado yang lumayang cukup besar.

“Buka saja..”

Aku langsung kaget dan menari2 melihat didalamnya terdapat boneka.

“Gomawo Oppa!” ucapku kegirangan.

Flashback End

‘Oppa, saraghae, jeongmal saranghae..’ ucapku sambil memeluk boneka itu erat.

Sesange jichyeoitdeon naege

Balgeun bichi dweheojun geudae

Hamkke keonneun jobeun gil kkeu-te

Tashi tto kyeou-ri ondaedo

Aku segera mengangkat telfon itu dan betapa senangnya saat aku melihat yang menelponku adalah Seohyun.

“Yeobosseyo?” ucap Seohyun.

“Seohyun-nie ! Bogoshippo ! Kau dimana?” ucapku antusias.

“Ne, nado bogoshippo, aku sedang di Korea..”

“Jinjjayo? Omo ! Ayo kita bertemu !” ucapku kegirangan.

“Ne, umm, Yoong..”

“Ne?”

“Kau tak lupa kan? Sekarang peringatan setahun...”

“Ne ne ne, aku ingat, aku akan ke sana belakangan, kau duluan saja.” Potongku seaakan tau apa yang dimaksud Seohyun.

***

Aku mengitari tempat ini, tak susah untuk menemukan tempatnya, karena aku sering mengunjunginya, aku berjongkok, aku menaruh sebuket bunga yang tadi kubeli di toko bunga.

Aku menatap batu nisan yang bertuliskan ‘Lee Donghae‘ itu. aku tersenyum lembut.

Flashback

Hari ini, hari kelulusan kami, sudah 2 tahun 8 bulan aku dan Donghae Oppa berpacaran.

Aku melihat jam tanganku berkali2, ‘kemana Donghae Oppa?’ gumamku, aku khawatir, sangat khawatir, kalian mengira kalau aku bersikap berlebihan, tetapi Donghae Oppa orangnya sangat ceroboh, aku takut terjadi sesuatu padanya.

Sesange jichyeoitdeon naege

Balgeun bichi dweheojun geudae

Hamkke keonneun jobeun gil kkeu-te

Tashi tto kyeou-ri ondaedo

Aku tersenyum lega saat yang menelponku adalah Donghae.

“Yeobosseyo?” ucapku sumringah.

“Yoona-ssi?” terdengar isak tangis wanita paruh baya yang bisa langsung kutebak mamahnya donghae.

“Ada apa eomoni?” ucapku was-was.

“Donghae.. Donghae..”

Aku menjatuhkan handphoneku aku tak peduli jika handphoneku rusak, ataupun orang2 melihatku dengan aneh, aku tak peduli lagi dengan hari kelulusan ini, yang kupedulikan adalah Donghae.

***

Aku berjalan terseok-seok, tak menyangka dengan apa yang terjadi barusan, Donghae Oppa, namja yang kucintai telah pergi, dia kecelakaan saat menyebrang, untung penabrak nya tidak melarikan diri, dan keluarga Donghae tak menuntut sampai harus dihukum mati, karena orang tua Donghae merasa ini kecelakaan dan walaupun dihukum mati, Donghae tak akan kembali lagi untuk selamanya.

Air mataku sudah membasahi pipi ini dari tadi, mungkin orang lain akan menganggapku gila, aku tak peduli.

Selama beberapa bulan aku kehilangan nafsu makan, aku mengurung diriku dikamar, berusaha melupakan semua kenanganku bersama Donghae Oppa, aku pernah mencoba bunuh diri, tapi selalu gagal, aku mencoba membanting kepalaku ke benda yang keras tapi tetap saja kenanganku bersama Donghae Oppa masih ada, melekat permanen di otakku.

Seiring berjalannnya waktu aku sadar yang aku lakukan ini sia-sia. Perlahan2 aku mulai bangkit, dan mulai membiarkan memori2ku bersama Donghae Oppa tetap hidup didalam hatiku.

End Flashback

“Annyeong oppa, Bagaimana kabarmu? Hari ini tepat setahun kau pergi, haah...” aku mulai menghela nafas sebentar.

“Aku sudah sedikit merelakan kepergianmu Oppa ! tapi yakinlah, cintaku padamu tak berkurang sedikitpun ! Aku janji aku akan bangkit, aku tak akan sedih~! Karena aku yakin kau melihatku dari atas sana bukan?” ucapku sambil melihat keatas.

Mataku serasa panas, cairan hangat tak bisa dibendung lagi.

“Oppa, jangan khawatir aku menangis bukan karena aku sedih, tapi karena aku bahagia bisa mengenalmu ! Haha !” padahal jauh dilubuk hatiku, hatiku teriris, sangat merindukan Donghae Oppa.

“Oppa, bogoshippyeo” ucapku sambil menunduk, aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri.

Aku menangis sampai aku yakin hatiku mulai merasa tenang.

“Hhh” aku mengambil nafas dalam.

Aku mengelus batu nisan itu, seakan-akan itu adalah kepala Donghae Oppa.

“Oppa, saat ini aku sedang dekat dengan seorang namja, namanya Choi Siwon, dia sangat baik padaku Oppa, dan rencananya setelah lulus kuliah aku akan menikah dengannya. Tak apa kan?”

“Tenanglah Oppa, aku tak akan melupakanmu, walaupun kau bukan cinta terakhirku, tapi aku berterimakasih, sangat berterimakasih kepada tuhan karena telah memberikanku cinta pertama sepertimu, belajar memperjuangkan cintaku~” aku tersenyum getir.

“Oppa, Saranghaeyo, jeongmal saranghaeyo” ucapku sambil mencium batu nisan itu pelan, lalu meninggalkan makam itu.

Yoona POV End

^EPILOG^


Author POV

Seorang pengantin wanita bersama dengan seorang ahjussi berjalan menuju altar, sampai akhirnya ahjussi itu menyerahkan anaknya kepada pengantin pria, mereka mengucapkan janji ikrar.


***

“Seohyun-ah! Ayo lemparkan!” teriak seorang yeoja.

Dan *Shuuuutt* sebuket bunga Seohyun lemparkan dan yang menerima itu adalah Yoona, Yoona masih tersenyum bahagia.

“Kya, Yoona, kau mendapatkannya!” teriak Seohyun histeris.

“Ne, chukkae..” ucap Kyuhyun tertawa.

Yoona dan Siwon hanya tersenyum malu.

Hari ini, hari pernikahan Kyuhyun dan Seohyun.

“Jadi, hyung, kapan kau meneruskan jejak kami?” ucap Kyuhyun pada Siwon.

“Hehe, kira2 2 minggu lagi, benar kan chagi?” ucap Siwon menggoda. Yoona hanya mengangguk malu.

Seohyun tersenyum miris “Syukurlah Yoong, kau sudah melupakan Donghae-ssi.”

Yoona tersontak kaget. “Aku tidak melupakannya Seohyun-ya kenanganku bersamanya selalu hidup dihatiku, hanya saja aku ingin melanjutkan hidupku dengan namja disebelahku ini.” Ucap Yoona sambil menunjuk Siwon.

Siwon hanya tersenyum tulus, dia tak kaget mendengar ucapan Yoona, karena Siwon juga Kyuhyun sudah mengetahui masa lalu Yoona dengan Donghae.

Seohyun,Yoona,Kyuhyun,dan Siwon pun berbincang2 dan sesekali tertawa.

Author note : Memori itu berisi tentang kenangan2 yang tak bisa dilupakan walaupun kita berusaha keras untuk melupakannya, biarkanlah memori2 itu hidup di hati kita selamanya karena kita bisa mengingat orang yang kita cintai, dan memori itu tak akan pernah tehapus sampai kita mati..

The End

Minggu, 11 Desember 2011

First Love [One-shoot]


Author : nixieMeilya

Gengre : One-shot, Romance

Cast : Im yoona x Lee Donghae

Rating : PG- 13

Title : First Love

Hallo semua… akhirnya aku punya waktu bikin fanfic… kkk
Walaupun fanfic gaje… hehe… fanfic ini terinspirasi dari flmnya actor Thailand favoritku Mario Maurer ^^ First Love jadi wajar kalo banyak mirip-miripnya, jadi bayangin aja buku berisi foto-foto Yoona itu kayak yang di First Love ya hehe

Selamat membaca…dan selamat UAS juga!!

***

Yoona POV

Namaku Yoona, aku seorang siswi kelas XII SMA, aku hanyalah gadis biasa yang sekolah, belajar, bermain, terkadang jalan-jalan, dan berpacaran? Aku tidak tahu kenapa hal ini yang sampai saat ini belum pernah kulakukan ya…

Apakah aku pernah atau sedang menyukai seseorang? Tentu saja!!! Tapi aku sendiri tidak yakin pada perasaanku… entahlah… akan bagaimana akhir semua ini… semoga saja berakhir bahagia, aku sangat membenci akhir yang menyedihkan…

“Yoona…” seseorang berteriak menghampiri mejaku, saat ini memang sedang istirahat dan aku lebih memilih diam di kelas memakan bekalku. Rupanya Kyuhyun yang berteriak padaku, tadi dia baru saja dari kantin membeli makan siang.

“cepat sekali kau kembali… aku bahkan belum memakan semua bekalku…”

“ini…” tangannya menyerahkan satu cup ice cream chocomint.

Aku tidak yakin dia memberikan ini, biasanyakandia hanya membeli untuk dirinya sendiri, “untukku?”

“untuk ibumu… ya tentu saja untukmu…” dia duduk di sebelahku sekarang, tepatnya kami memang duduk satu meja.

“iya… terimakasih… biasanyakankau hanya membeli semua untuk dirimu sendiri dan tak pernah mengingat kalo aku ada!!!”

“maka dari itu… makanlah karena sekarang aku sedang mengingatmu!!!” dia mengacak-ngacak rambutku.

Aku menghabiskan bekalku dan tentu saja memakan ice cream sendok demi sendok, sementara kyuhyun sibuk dengan soal-soal matematika-nya sambil menyumbat kupingnya dengan mendengarkan musik.

Jam masuk kelas pun kembali… aku segera menyuap ice cream ini dengan ganas agar cepat habis, mulutku sudah penuh dan makin panic ketika anak-anak sudah mulai masuk kelas.

“makan pelan-pelan saja…” Kyuhyun membuka headshetnya.

“tidak bisa… sekarang ini pelajaran guru Kim, dan aku tidak bisa makan saat kelasnya…” terangku sambil kembali memasukan sendokan-sendokan terakhir ke mulutku.

“cara makan saja masih seperti anak SD…” celetuk seseorang yang baru saja masuk kelas, dan tepatnya saat dia melenggang di sebelahku dia mengatakan itu, kontan saja aku mendongak, dan dengan sebal aku melihat seringai setan disana. Aku menggembungkan pipiku dan memelototinya.

“dasar bodoh!!!” gerutuku, aku kira Kyuhun tak mendengarnya.

“kau yang bodoh…” dia menoyor kepalaku. Membuatku memelototinya juga, tapi ternyata dia sudah mengulurkan sapu tangannya menyeka pinggiran bibirku. “kita ini ditempatkan di kelas golongan A… setidaknya cara makan pun harus bisa seperti kelas A… kau ini malah blepotan seperti anak TK…”

Pantas saja si bodoh tadi menyebutku seperti anak SD. Setelah Kyuhyun membersihkan bibirku aku melirik sebentar ke bangku si bodoh tadi dan terlihat dia sedang menulis, entahlah sebenarnya menulis apa,

Guru Kim datang, itu tandanya mari memfokuskan diri pada pelajaran matematika yang dicintai Kyuhyun.

“Kyuhyun… apa kau sudah mengerjakan soal-soal lagi?” tanya Guru Kim ditengah-tengah pelajarannya, dan Kyuhyun pun mengangguk mantap. Maka Guru Kim pun mempersilakan Kyuhyun maju menulis soal-soal yang telah diselesaikannya.

Sukses bagi si rajin, begitulah pedoman pelajar seharusnya. Kami adalah anak-anak yang terhitung rajin dan berbakat hingga mampu menginjakan kaki di kelas golongan A ini. Sejak kelas satu, rata-rata pengisi kelas ini, adalah para siswa dengan tingkat kerajinan di atas rata-rata, kami selalu mengerjakan soal-soal di rumah walaupun itu belum diterangkan oleh guru sama sekali, tapi tentu saja semua itu melatih kami.

Kyuhyun selesai mengerjakan semuanya, tapi dia belum kembali ke sebelahku sebelum guru menyetujui semua jawabannya.

“yah… lagi-lagi aku akui kau hebat… semua jawabanmu sempurna…”

“yeahhhhhh…” aku bertepuk tangan sendirian girang menyambut Kyuhyun kembali ke sebelahku.

“bagaimana denganmu Yoona? Apa kau mengerjakan dengan benar juga?” tanya Guru Kim.

“sudah guru… jawabannya hampir sama tapi ada beberapa yang salah…” keluhku.

“tidak apa-apa… kalian sudah mau mencoba itu artinya kalian selalu ingin berubah kea rah yang lebih baik!!!”

Pelajaran ini pun tanpa terasa berakhir. Dan sangat menyebalkan karena aku harus membersihkan kelas dulu sebelum pulang.

“Yoona… apa aku harus bantu… ?”

“tentu saja… aku juga selalu membantumukan… kau tolong buangkan sampah ya… aku mau menyapu ruangannya!!!” perintahku.

“baiklah nona… kau memang dilahirkan untuk menyuruh-nyuruhkukan…” Kyuhyun dengan tidak ikhlas mengangkat dua buah tempat sampah, sedangkan aku mulai menyapu, dan “srekkk…” sesuatu tersapu olehku, sebuah buku bersampul coklat.

“buku apa ini???” aku penasaran di sampulnya tertulis sebuah huruf ‘Y’ dan tepat dibawahnya ada nama Lee Donghae. “aish… buku dia… apa isinya ya…” aku berusaha membukanya, baru mau kubuka seseorang masuk dan aku segera menyembunyikanya dengan menyelipkannya di rok belakangku.

“kenapa kau masih disini?”

“aku… sedang piket… kau sendiri kenapa kembali lagi? Bukankah tadi sudah pulang!!!”

“ada sesuatu yang tertinggal… apa kau tidak menemukannya?”

“tidak!!! Memangnya apa yang tertinggal?”

“bukuku… sampulnya cokelat!!!” dia celingukan mencari-carinya di lantai. “aish… kemana buku itu…”

“memangnya buku apa? Diary?”

“bukan… akhhh… sudahlah kalau kau menemukannya nanti berikan padaku!!!” dia merapikan jas seragam sekolahnya yang tadi menyentuh lantai saat berjongkok.

“baiklah… kalau aku menemukannya nanti aku berikan!!!”

“tapi kenapa kau sendirian… biasanya kau dengan si otak rumus itu!!!”

“dia sedang membuang sampah… namanya Kyuhyun…” selorohku.

“ya… dia…” dia lalu berlalu keluar kelas.

“dasar si bodoh… menyebut nama teman sekelas saja susah sekali!!!”

***

Sore ini aku sudah tiba di rumah, tepatnya aku sedang merebahkan diriku sehabis mandi. Walaupun dibantu Kyuhyun, tapi dia hanya membuang sampah, sementara aku menyapu, mengatur meja, dan membersihkan isi kelas tentu saja. Aku baru ingat dengan buku yang kutemukan tadi bukunya Lee Donghae.

Aku mulai membuka lembar pertama buku itu, disanatertulis,

lirik-lirik cinta dan aku tak tahu untuk siapa?

Apakah dia akan tahu lagu ini untuknya suatu saat nanti

Atau hanya akan kunyanyikan dan dia hanya menjadi pendengar yang tak mengerti untuk siapa lagu ini

Apapun itu aku hanya berharap kau orang yang pertama kali mengetahui laguku ini

“apa? Kenapa jadi aku yang pertama mengetahui lagunya… tapi biarlah… toh aku juga tidak sengaja…”

Beautiful… lirik ini aku tulis saat aku sedang di lapangan sepak bola saat ini aku sedang menghadapi ujian kelas X… aku berharap kelas XI nanti bisa masuk golongan kelas A, karena aku tahu dia anak yang rajin pasti dia akan masuk kelas itu, aku memang tidak begitu rajin belajar, tapi aku bisa mengandalkan hal mengingatku dan prestasi-prestasiku di bidang olahraga dan seni untuk masuk kelas A.

You are completely beautiful

I just can’t be without you, girl

You’re completely beautiful

I just can’t be without you, girl

I think of what we were like when I first met you

You bashful smile, your shy words, your cold hands

I though everyday

I couldn’t do anything (almost going crazy)

……………………………………………………………………..

Oh Tuhan… apa yang baru saja kubaca ini? Ini sebuah lirik yang begitu romantic, Donghae menciptakannya pasti tidak sembarangan, siapa gadis beruntung itu? Jessica kah? Aku kembali membuka lembar demi lembar buku itu dan isinya semua rata-rata lagu cinta, lagu tentang pertemuan, cemburu, senyuman gadis itu, ketika dia hanya bisa melihat gadis itu dari jauh, dan ketika dia dekat dengan gadis itu tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.

Seandainya gadis dalam lirik yang kau maksud itu aku…

***

Aku mengenal Lee Donghae sejak kelas X, aku dan dia satu kelas, tapi sebelumnya tidak, dia adalah pindahan dari kelas lain.

“Yoona… apa kau mengenal Lee Donghae kelas X-3?” tanya Tiffany pagi itu.

“tidak… memangnya kenapa?”

“sepertinya kita memang kurang pergaulan!!!” Fany mendengus.

“memangnya ada apa???”

“kau tahu tidak ternyata dia adalah pencetak gol terbanyak klub sepak bola sekolah kita!!! Minggu kemarin tangan kanannya cedera dan dia tidak bisa beraktifitas…”

“benarkah???” aku tidak percaya aku tidak mengetahui hal seperti itu.

“benar dan sebentar lagi kau akan menjadi penolongnya!!!”

“apa maksudmu?”

“kemarin sebelum aku pulang aku sempat bertemu Siwon, dia temanku di klub taekwondo, dan dia bilang Lee Donghae akan pindah ke kelas ini… ternyata mereka satu kelas… Donghae dipersilakan oleh guru untuk menunjuk siapapun untuk membantunya belajar terutama menulis untuknya selama ia masa pemulihan cedera… dan dari tiap kelas diberikan beberapa contoh tulisan tangan… dan ternyata tulisannmu yang dia pilih!!!” jelas Tiffany panjang lebar.

“apa??? Kenapa aku? Bukankah ada laptop… kenapa tidak memakai laptop saja…”

“dia tidak suka belajar dengan tulisan computer… dia lebih senang dengan bacaan tulisan tangan!!!”

“akh… kenapa kabar buruk datang di hari secerah ini…”

Benar saja, saat pelajaran pertama yang diisi pelajaran sejarah oleh guru Soman, guru datang bersama seorang siswa, aku tidak pernah melihatnya selama ini, tapi mendengar cerita Tiffany, aku yakin dia adalah Lee Donghae yang dibicarakannya, dan tangan kanannya yang di gips semakin meyakinkanku.

“Yoona…” aku mengangkat tangan begitu namaku disebut. “perkenalkan… ini Lee Donghae… dia akan pindah ke kelas ini mulai hari ini… dia beberapa waktu lalu cedera saat membela sekolah kita dalam pertandingan bola… dan dia salah satu murid yang pintar dalam hal mengingat bacaan… tapi satu hal yang dia tidak bisa adalah membaca lewat tulisan laptopnya, ia lebih mudah mengingat apa yang ditulis tangannya… dan beberapa hari ini aku mengajukan beberapa tulisan tangan terbaik dari setiap kelas dan menurutnya tulisan terbaik adalah tulisan tangan Yoona…”

“mwo???” anak-anak langsung membelalakan mata tak percaya dan melihat ke arahku.

“aku???” tunjukku pada diriku sendiri.

“iya kau… nah Donghae kau bisa duduk di sebelah Yoona…”

Siswa berambut sedikit berponi pinggir itu mendekat ke mejaku dan duduk di sebelahku. Aku meliriknya sebal.

“apa yang harus kulakulan sebenarnya?” aku memicingkan mataku, terlihat disanaada wajah polos yang kulihat, seperti wajah anak kecil, ia tersenyum.

“aku akan mendengarkan guru bicara, nanti saat pulang aku akan mengulangi apa yang aku ingat lalu kau tulis dicatatanku…”

“aishhh… merepotkan!!!” sebalku.

“tenang saja… aku akan membayarnya untuk semua ini…”

“tapi aku tidak mencari uang!!!”keukeuhku dengan nada pelan dan mata menatap ke depan dimana guru Soman sedang menjelaskan tentang sejarah.

“aku akan memberikan apapun yang kau minta sebagai bayaran…” tangan kirinya menepuk pundaku, apa yang dia lakukan?

“aduhhhh… tanganku pegal sekali!!!” aku merentangkan kedua tanganku begitu selesai mencatat apa yang dia terangkan pak guru Fisika terakhir tadi.

“benar tidak ada yang kau lewatkan?” tanyanya seenak jidat.

“tentu saja tidak, setiap aku selesai kau mengeceknya lagikan!!! Aku heran padamu… bisa mengingat semua itu tapi masih juga harus menulisnya!!!”

“itu karena manusia bisa lupa semetara tulisan tidak!!!” senyumnya.

“alasan saja… aduh… hampir malam… gara-gara kau aku pasti akan pulang telat…”

“tidak mungkin!!! Tolong masukan bukuku ke dalam tas…” dan dengan baiknya aku menurut saja, memasukan buku-bukunya dan menolongnya menyangkutkan tas pada tangan kirinya. “ayo pulang!!!” tangan kirinya menuntunku membuatku berjalan di sebelah kirinya.

“apa besok akan seperti ini juga?” aku menoleh dan dia mengangguk.

“baiklah… aku rasa bayarannya harus setimpal, aku ingin uang, ice cream, makan siang, novel-novel, apa lagi ya? Em… CD terbaru, apa lagi ya… emmm” begitu aku berpikir dia menyetop taxi.

“naiklah…” dia membuka pintu taxi untukku, aku menatapnya heran. “tunggu… kita belum berkenalan secara resmi, siapa namamu?” dia tersenyum dengan wajah polosnya, aku nyengir heran.

“namaku Yoona… senang bisa membantumu!!!” aku mengulurkan tangan kananku

“namaku Lee Donghae… terima kasih sudah mau membantuku…” dia tidak membalas uluran tanganku, aku lupa tangan kanannya terluka, dia malah mengulurkan tangan kirinya mengelus kepalaku, ia lalu merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sesuatu. “ terimakasih untuk hari ini!!! Ice cream, makan siang, makan malam, novel, CD atau apapun… akan kupenuhi nanti…” aku menerima apa yang ia taruh ditanganku. Aku tersenyum malu mengingat apa yang aku minta tadi. Dan taxi segera membawaku ke rumah.

Malam itu aku duduk di meja belajar sambil menatap cokelat di tanganku, ya ini yang Donghae berikan tadi. Aku tersenyum sendiri, bukan karena mendapat cokelat ini sebagai bayaran, tapi karena ini pertama kalinya aku mendapatkan sesuatu dari pria yang bukan keluargaku tapi orang lain yang sebaya denganku. Bukan hanya itu saja aku pun mengelus-ngelus kepalaku sendiri, ada apa ini? Aku tak pernah begini sebelumnya, tapi ini memang membuatku malu dan tersenyum sendiri, dan akhirnya aku tidak memakan cokelat itu tapi aku taruh di lemari es di dapur.

“ibu… tolong jangan sentuh apa lagi memakan cokelat ini ya!!! Peringatkan ayah juga!!!” ancamku saat menaruhnya di freezer.

“baik… nona pelit!!!”



“Yoona… bukan seperti itu!!! Kau harusnya membuat tabelnya itu seperti ini…” dia marah-marah saat aku salah meggambar table kimianya, dan dia memberi contoh dengan tangan kirinya yang membuat tabelnya hancur.

“ya… kau ini… lebih baik punyakukantinggal hapus satu… aku harus mengulanginya lagi karena coretanmu!!!” geramku.

“ya sudah ulang lagi!!!” dengan tenangnya ia menyantap ice creamnya. Siang ini kami pulang lebih awal jadi kami mengerjakannya di kantin sekolah yang sudah sepi hanya beberapa penjual saja.

“ighhhh… menyebalkan!!!” aku mencolek ice creamnya lalu aku colekan ke pipinya.

“Yoona… kau mau mengajakku bermain-main??? Cepat kerjakan!!! Jatah ice cream-mu akan aku berikan jika semuanya sudah beres!!!” ia melotot sambil membersihkan pipinya.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, tertera nama ibu disana.

“hallo ibu?”

“Yoona… minggu ini sepertinya kita tidak bisa jalan-jalan… bibi ternyata mengadakan pertemuan keluarga dengan calon besannya dan ibu serta ayah diundang… kau mau ikut atau akan diam dirumah saja?” terdengar suara kecewa ibu.

“aku dirumah sajalah bu… ibukantahu aku benci acara keluarga yang akan membuatku seperti patung itu… ya sudah sampai ketemu dirumah bu…” kecewaku.

“baiklah… jangan lupa makan siang…!!!”

“huh… menyebalkan!!!” gerutuku merutuki ponsel yang baru saja kuputus sambungannya itu.

“kenapa?” Donghae menatapku penasaran.

“minggu ini acara jalan-jalan bersama orang tuaku batal!!!” dengusku.

“kau kecewa?” godanya.

“tentu saja!!!”

“bagaimana kalau temani aku… kameraku rusak sepertinya aku akan membeli yang baru…”

“benarkah??? Aku mau!!! Tapi bagaimana bisa kau memotret dengan tangan kirimu?” tanyaku penasaran.

“kau pikir aku tidak akan sembuh… cepat betulkan tabelnya!!!”



“yang ini bagus!!!” tunjukku pada kamera yang bertengger dengan harganya yang super mahal.

“memang… tapi kalo aku sudah jadi fotografer professional baru aku membelinya!!! Sepertinya yang itu bagus…” tunjuknya ke kamera lain di dalam toko, aku mengikutinya. Dia lalu meminta paman pemilik toko memperlihatkannya dan dengan tangan kirinya ia mulai asyik sendiri sambil mengobrol tidak jelas dengan si paman, aku bosan dan mulai mendekati toko lain, toko music.

Di sini banyak alat-alat music yang bisa aku coba, pura-pura saja mau membeli dan bilang tidak cocok setelah mencobanya. Aku memainkan gitar… jreng… jreng…jreng aku memainkannya sembarangan, lalu menaruhnya kembali.Adapiano, aku juga mencobanya sambil berlaga hebat dengan nada tak beraturan dan senyum-senyum tidak jelas aku mencobanya.

“sama sekali tidak berbakat…” komentar seseorang yang kini duduk di sampingku. Dia lalu memainkan jari-jari tangan kirinya memainkan nada-nada indah. Aku bertepuk tangan.

“wah… kau hebat sekali… aku doakan tanganmu cepat sembuh… pasti bermain gitar pun bisa…” pujiku.

“tentu saja…” sombongnya. Dan kini tergantung sebuah benda di lehernya.

“kau jadi membeli kamera tadi?”

“iya… kualitas gambarnya bagus harganya pun berhasil didiskon untukku karena barang ini tinggal satu!!!”

“wah… kau hebat!!!” pujiku.

Kami menjelajahi berbagai toko hari itu dan mendarat di toko music lagi untuk terakhir kalinya, tepatnya toko CD dan DVD.

“bukannya kau ingin bayaran CD… pilihlah?”

“aku tidak mau!!!” aku menggeleng.

“kenapa?” herannya.

“aku hanya asal bicara saat itu!!! Tapi kalo nanti aku mau aku akan bilang… sekarang aku sedang tidak ingin… lebih baik makan siang saja… perutku lapar!!!” rengekku.

“baiklah…” kami pun meninggalkan toko itu dan mencari makan siang dipelataran mall.



“ayolah Yoona… coba dulu!!!”

“tapi Fany… kau tahu… aku ini tidak suka olah raga keras seperti itu!!!”

“tapi kau kuat mengangkat barang!!!”

“tapi tidak dengan taekwondo!!!”

“mencoba menemukan bakatmu memangnya tidak mau???” seloroh seseorang yang duduk di sebelahku.

“benar juga… aku coba siang ini!!!” aku menyerah.

Aku benci dan menyesal masuk sekolah ini, SM International High School. Sekolah disini selain banyak aturannya, banyak maunya, juga banyak yang aku tidak suka.

Masuk ke sekolah ini aku harus mengikuti ujian bahasa Inggris dengan nilai sempurna jika pada keseharian aku tidak ingin berbahasa itu, kecuali kalau aku mau mengikuti aturan yang setiap hari berbahasa Inggris karena nilai ujiannya tidak sempurna, mulai kelas XI akan mulai dibagi penggolongan kelas, kelas A dengan siswa focus akademis, golongan B dengan siswa focus bakat, dan golongan C dengan siswa yang sama sekali tidak punya bakat ataupun tidak sempurna bidang akademisnya, dan kebanyakan di golongan C ini akan mendapat berbagai tambahan waktu belajar yang ekstra ketat, bahkan dirumahnya pun ia akan terus disiksa dengan tugas-tugas dari sekolah. Dan aku tidak mau masuk kelas golongan itu, menakutkan.

Kurang dari satu semester lagi kami memang akan pindah ke kelas XI dan mulai semester ini aku juga wajib mengikuti klub sekolah, aku memang bisa dibilang pintar dalam bidang akademik tapi aku sama sekali tak mengikuti klub untuk bisa dijadikan cadangan jika nanti aku tak masuk golongan kelas A, dan malangnya lagi… aku tidak tahu harus ikut klub apa. Klub ilmiah tidak mungkin karena bidang akademisku sudah baik, klub menyanyi? Aku sadar suaraku tidak begitu bagus, klub basket atau sepak bola itu tidak mungkin… klub basket adalah klub yang digilai para perempuan yang ingin dilatih para pembasket sekolah yang tampan-tampan jadi pasti sudah penuh, sepak bola? Aku bukan pria dan beruntung sekali Donghae bisa masuk klub ini huft… satu lagi Taekwondo… karena disanaada Tiffany jadi aku akan mencobanya nanti sore sepulang sekolah.

“Donghae… hari ini aku minta maaf ya… aku akan menyalin untuk catatanmu besok saja ya…” kataku yang sudah berbaju seperti Tiffany.

“iya tidak apa-apa… aku juga ingin bermain sebentar dengan teman-temanku di klub sepak bola… aku rasa kalau kau tak berbakat juga di taekwondo… datang saja ke klubku… aku yakin… kau berbakat jadi pembersih lapangan…” tawanya sambil ngacir sebelum aku timpuk.

“aishhh dasar kau… bodohhhhh” teriaku.

Aku pun berkumpul dengan para siswa berpakaian seragam olahraga beladiri ini, aku meniru gerakan-gerakan Siwon dan Tiffany yang memang sudah jago dan diangkat menjadi pelatih anak-anak tingkat dasar ini, padahal mereka baru satu semester belajar di sini tapi sudah jago.

“huh… huh… huh…” nafasku tak beraturan.

“capek???” tanya Tiffany menyodorkan air minum ke arahku diikuti Siwon dibelakangnya.

“apa kau mau terus?” tanya Siwon.

“aku meyerah…” jawabku lesu.

“lalu kau akan ikut klub apa?” lanjut Tiffany diikuti anggukan Siwon meng‘iya’kan.

“aku sendiri tidak tahu…” jawabku putus asa.

“itu Hyoyeon…” tunjuk Donghae pada gadis di depanku. Dia tersenyum padaku, aku bingung membalasnya. “dia sekelas denganku dulu, teman sekelas Siwon juga… dia anak klub dance… dan kau coba saja… siapa tahu kau berbakat…” paparnya.

“kau???” aku tidak tahu mau bicara apa lagi.

“hari ini tidak apa-apa tidak menyalinnya… masih ada hari minggukan…sana… Hyoyeon… aku titip dia…” dan pria ber tangan kanan di gips itu pun berlalu dari hadapanku dan Hyoyeon.

“Donghae bilang kau lincah… pasti kau pandai menari…” Hyoyeon membuka percakapan kami.

Lincah? Apa maksudnya? Maskudnya aku centil atau apa? “lincah… sepertinya dia salah!!!” aku mengikuti Hyoyeon duduk diruangan penuh cermin itu.

“kita coba saja dulu bagaimana? Kau pasti suka menarikan?” tebaknya.

“iya… aku memang suka menari walaupun gerakannya kacau…”

“tidak akan… kalau sekarang kau mau serius berlatih…” aku lalu diajaknya untuk berganti pakaian.

Music mulai diputar, aku mengikuti Hyoyeon menggerakan badannya yang bak karet yang elastic itu.

Dan sejak saat itu aku memutuskan bergabung dengan klub ini.



“wahhhh Donghae tanganmu sudah sembuh???” kagetku begitu pagi ini dia datang dengan tangan yang direntangkannya lebar di pintu kelas.

“benar… kau tidak perlu lagi menulis untukku…” dia tersenyum berjalan ke arah meja kami.

“berarti tidak ada lagi cokelat… ice cream… dan… novel? Huh… menyebalkan!!!” aku menggembungkan pipiku.

“jadi kau mau menulis untukku selamanya?” godanya.

“tidak begitu juga!!!” ketusku.

“tenang saja… selama menjadi temanku… aku akan memberikannya…” dia mengelus kepalaku seperti hari pertama kami bertemu, ia lalu keluar dari kelas.



“bagaimana ini???” rengekku pada Tiffany dan Donghae saat dikantin sekolah siang itu.

“tenang… akan aku bantu…” Donghae menenangkanku.

“tapi kau tahukanmenari sambil bernyanyi itu susah…” gerutuku.

“makanya tenang… aku akan mencarikan jalan keluarnya!!!”

“sudah Yoona… Donghae akan membantumu… jadi tenang…” Tiffany menepuk pundakku.

Siangnya saat kami pulang sekolah aku mengikuti Donghae. Dia membawaku ke ruangan klub menyanyi kelas XI.

“Jessica…”

“ya… kau…” gadis berseragam sama denganku itu meninju lengan Donghae, kenapa harus seperti itu? “siapa dia? Teman sebangkumu itu?” dia tersenyum padaku, dan aku membalasnya.

“dia akan ikut kompetisi dance bulan depan menjelang kenaikan kelas… kau ajari dia menyanyi… karena dia harus menari sambil bernyanyi nanti…” terang Donghae.

“benarkah??? Hebat sekali!!! Baiklah… aku akan membantunya… besok kau sudah bisa belajar bernyanyi bersamaku… “ ramahnya.

“baiklah aku akan pulang dulu!!! Yoona kau sudah tahu diakan… jadi besok jangan lupa temui dia!!!” Donghae memperingatkanku yang bersembunyi dibalik punggungnya.

“iya…” jawabku.

Kami lalu berjalan bersebelahan.

“kalau kau menang aku akan memberi hadiah untukmu!!!”

“benarkah???? Aku janji akan menang… aku akan giat berlatih!!!”

“awas kalau kau kalah… aku tidak akan membelikanmu coklat lagi…”

“kalau aku menang kau akan memberi hadiah untukku dan aku akan memberi hadiah juga!!!”

“aku akan menunggunya…!!!” dia melirikku dengan lirikan yang sulit kuartikan.



“Yoona… suaramu semakin hari semakin bagus… jangan suka merendah dengan bilang suaramu jelek lagi ok!!!” Jessica memarahiku.

“baik Sicca Unnie… kau hebat sekali… suaramu juga sangat indah… pantas saja kau lebih memilih focus ke bakat dari pada akademis…”

“iya… aku harap aku bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah nanti di jurusan music di San Fransisco…”

“jauh sekali!!! Apa kau akan meninggalkanKorea… kalau aku tidak yakin bisa meninggalkan Negara ini…”

“apa kau yakin?”

“tentu saja… apa lagi jika di Negara ini ada yang aku cintai aku tak akan mungkin meninggalkannya!!!”



“SMTown… SMTown… SMTown…” suara di stadion begitu menggema, hari ini pertandingan sepak bola sekolah kami danJYPArtSchool. Hari ini Lee Donghae sedang berlaga, teman sebangkuku, hanya itu kah? Mungkin iya… karena sampai saat ini hanya seperti itu, padahal aku sedikit berharap lebih.

“Yoona… kau menyukainya?” tanya Tiffany.

“…” aku mengangguk.

“aku tahu… terlihat dari matamu!!!”

“benarkah?” aku malu.

“iya… dan aku harap kau segera menyatakan cintamu…”

“tidak mau!!! Kalau dia mencintaiku juga itu tidak masalah… tapi aku tidak mau!!! Aku ini perempuan!!!”

Ya… aku perempuan dan aku tidak mau menghancurkan harga diriku hanya demi seorang pria yang belum tentu juga mencintaiku.

Dan Gol…. Lee Donghae mencetak gol untuk kedua kalinya… ia berlari kegirangan lalu mendekati ke jajaran tempat duduk penonoton tepatnya ke arahku ia mengambil botol air dari tangan ku lalu meminumnya dan mengguyurkannya ke kepala sekaligus wajahnya yang sudah banjir keringat.

Dan aku begitu terpesona melihatnya. Begitu juga saat pertandingan berakhir dengan kemenangan di tangan kami, dia memintaku mengambilkan handuk dari dalam tasnya.

“aku traktir bagaimana???”

“untuk kemenanganmu?” tanyaku yang memang disuruhnya menungguinya untuk mandi dulu di ruangan ganti klub.

“tentu saja… ayo!!!” dia menarik tanganku, dan aku menurutinya. Kami makan ice cream favorit kami, di pelataran mall yang sering kami datangi.

“selamat… kau selalu menang disetiap pertandinganmu!!! Dan apa yang akan terjadi dengan pertandinganku minggu depan???” aku memasang wajah sedihku.

“semangat!!!” dia mengepalkan tangannya. Dan terdengar suara jepretan kamera tiba-tiba, dia memotretku.

“ya… jangan ambil fotoku saat seperti ini!!!”

“kenapa?”

“aku sedang jelek!!!”

“bukannya setiap hari seperti itu?”

“igh!!! Menyebalkan!!!”



Hari yang ditunggu tiba, aku akan mengikuti lomba hari ini. Aku sangat tegang, Tiffany dan Hyoyeon serta Jessica menenangkanku.

“Hyo… seharusnya kau saja yang mengikuti lomba ini bukan aku!!!”

“jangan begitu!!! Aku sudah pernah semester lalu!!!”

“dan kau menang!!! Bagaimana kalau gara-gara aku jadi kalah!!!”

“tidak akan…”

Namaku di sebut… aku naik ke atas panggung, sebentar aku melihat ke sekeliling penonton, mana Donghae… sebelum melihatnya aku sudah harus menari dan bernyanyi. Rasanya menari mengikuti lagu berdurasi kurang darilimamenit ini seperti sejam.

Begitu selesai riuh tepuk tangan menggema aku tersenyum dengan mata hampir menangis, aku mencari sosok itu tapi tak ada. Tapi saat aku mendongak ternyata ada seorang disanamelambaikan tangannya padaku, Donghae berada di lantai atas, tribun aula. Dia memberi tepukan tangannya untukku.

Seminggu setelah itu pemenang diumumkan dan aku mendapat juara pertama.

“untuk pemenang!!!” dia menyerahkan coklat berukuran besar untukku.

“aku juga sudah janji akan memberikan hadiah untukmu… ini”

“apa ini?”

“itu sama seperti yang kau berikan padaku… coklat… tapi aku membuatnya sendiri!!!”

“benarkah?”
“benar!!!” aku mengangguk meyakinkan kalo itu benar.



“Yoona… apa kau tahu Donghae dimana?” Jessica Unnie menghampiriku.

“aku rasa ke lapangan…”

“baiklah aku akan menyusulnya… terimakasih…”

Hari ini hari terakhir sebelum minggu depan libur dan minggu depan ujian akhir kelas X… kami akan naik ke kelas XI dan masuk penggolongan. Apa aku akan sekelas dengan Donghae?

“kita sekelas Yoona…” Donghae merangkulku.

“benar… kau akan sebangku lagi denganku?” tanyaku.

“kalau kau mau…”

“tapi… ya Fanny kenapa kau harus memilih B?”

“maaf… aku rasa menjadi atlet taekwondo itu menyenangkan…”

“karena ada Siwonkan???” goda Donghae.

“…” Fany mengangguk.

Benar saja aku dan Donghae sebangku lagi, pertama kali masuk kelas ini tidak banyak yang ku kenal, karena dari kelasku hanya aku dan Donghae yang masuk golongan A-1, selebihnya disebar ke A-2 sampai A-6.

Tapi kali ini aku mempunyai teman baru bernama Kyuhyun yang sangat jenius di bidang matematika. Dia sangat jahil dan menyenangkan, dia selalu menjahiliku dan sering membuatku marah tapi juga senang, dia duduk di meja sebelahku dan donghae.

14 Februari… Valentines Day

Adabunga matahari tergeletak di mejaku berikut secarik kertas. “temui aku besok di atap sekolah… aku akan menunggumu saat jam istirahat…” dari siapa ini? Aku melihat tempat tas Donghae dibawah meja, sudah ada, apakah dia? Mungkin saja.

“Yoona…” teriakan yang aku kenal. Kyuhyun. Aku buru-buru memasukan bunga matahari itu ke kolong mejaku agar tidak rusak.

“ada apa?”

“happy valentines day…” dia memberikanku sekotak coklat.

“terimakasih!!! Kenapa tidak kau berikan pada kekasihmu saja?”

“menganggap kau kekasihku apakah tidak boleh?”

“bukan begitu… hanya tidak enak!!!”



Malamnya aku tidak bisa tidur… aku terus tersenyum mengamati bunga matahari dan kertas yang ada bersama bunga ini. Perlahan aku meraih gagang telepon rumahku.

“hallo…” sapa seorang pria disana dan itu Donghae.

“dengan Soccer shop?” aku sengaja menelepon ke toko perlengkapan sepak bola milik keluarga Donghae.

“benar ada yang bisa kami bantu???” tanyanya. Dan tanpa disuruh aku segera menutup telepon. Aku langsung berjingkrak kegirangan setelah mendengar suaranya. Peduli dengan apa yang dipikirkan donghae dengan pelanggannya yang tadi menelepon. Hahaha… aku senang malam ini, besok aku akan menemuimu.

Aku mencari-cari Donghae, di kelas dia seperti biasa diam tapi aku tahu dia akan menemuiku saat ini. Tampak disanaseseorang sedang mebidik dengan kameranya.

“Donghae…” aku menepuk pundaknya, dia menengok tersenyum.

“kau…”

“ya… ini aku… kemarin…” belum selesai aku bicara, sebuah suara mengagetkanku.

“Yoona… akhirnya kau datang menemuiku…” dia merangkulku begitu saja, aku melihat tangannya melingkar dipundakku, dan beralih menatap Donghae.

“aku duluan turun…” katanya tersenyum. Kenapa senyum itu terasa menyakitkan sekarang.

“Kyu…”

“Yoona… saranghae…” duarrr…. Rasanya petir di siang hari datang menyambarku, apa yang dia katakan.

“Kau…”

“maaf… tapi benar… aku menyukaimu…”

“aku…” aku benar-benar bingung.

“tidak apa tidak kau jawab sekarang… aku akan menunggu…”

Semenjak kejadian itu, Donghae masih Donghae yang dulu, teman sebangkuku yang dulu. Dan kini aku sedang bersamanya di lapangan bola.

“kau tahu… Kyuhyun menyatakan cintanya padaku…” pandanganku lurus kedepan begitu juga dia yang kelelahan sehabis latihan.

“benarkah… lalu?”

“aku tidak menyukainya…”

“jadi???”

“tapi menunggu seseorang yang kucintai pun tidak jelas… apa aku harus menerimanya saja?” tatapan kami masih ke depan tak jelas.

“ikuti saja kata hatimu…”



Aku tidak pernah bilang menerima cintanya ataupun menolaknya, tapi dia selalu memperlakukanku bak seorang yang istimewa. Dia akan mengantar jemputku, menemaniku latihan menari ataupun bernyanyi, walaupun terkadang Donghae ikut tapi aku tak nyaman bersama Kyuhyun.

“apa kau pernah mendengar cerita ada dua orang pria… yang satu pemberani dan yang satu pengecut… si pengecut sangat mencintai wanita itu, tapi si pemberani lebih dulu telah mengambil hati sang wanita… tapi si pengecut yakin wanita itu hanya mencintai si pengecut…” papar Donghae sambil memainkan kameranya. Saat itu kami sedang bermain di pinggiran lapangan bola, hanya berdua karena Kyuhyun sedang membeli minuman.

“apakah benar ada cerita seperti itu? Kenapa wanita itu memilih pria pemberani itu… sepertinya jawabannya hanya ada pada si pengecut…” apakah jawabanku menyindir.

“sepertinya begitu…”

“kalau kau jadi sipengecut… apa kau akan menyelamatkan wanita itu dari ketidaknyamanannya bersama si pemberani???” aku memberanikan diri menatapnya.

“Yoona… ayo pergi…” Kyuhyun berteriak memecah suasana hening kami. Aku menundukan kepalaku lalu berlari ke arah Kyuhyun.

Hari ini pertandingan bola lagi… kami meneriakan nama top scorer kami… Lee Donghae. Dan tentu saja dia menang, membobol dua kali golCUBEInternationalHigh School. Dia melihat ke arahku dan memamerkan senyumnya, senyum kemenangan seperti dulu saat ia meminta air dari botol minumku, saat memintaku mengambilkannya handuk. Senyum mempesona itu yang kini hanya ada dibalik kisah si pengecut.

Kami merayakan kemenangan sekolah kami dengan acara makan-makan di tepi pantai, kami membuat api unggun, bernyanyi dan menari, malam itu yang datang, ada Siwon dan Tiffany, Hyoyeon dan pacarnya Eunhyuk, Jessica, Sunny, Ryeowook, Kibum, Sooyoung, Sungmin, Heechul, dll.

Kami menyanyi dan menari mengelilingi api unggun. Tiba-tiba aku mendapat sesuatu menyentuh pipiku, Kyuhyun menciumnya. Aku langsung memegangi pipiku, sementara Kyuhyun menari kembali, hatiku sakit. Aku ingin menangis, aku melihat kesebelahku yang tidak lain Donghae, dia sedang memainkan gitarnya memainkan lagu romantic yang terdengar sedih setelah lagu keras itu berhenti diputar. Benar saja setelah tangannya sembuh aku berhasil mendengar dan melihatnya bermain gitar, memainkan lagu sedih seperti menertawakanku.

Aku benar-benar tidak nyaman dengan keadaan ini, atas saran Tiffany aku akhirnya memberibketegasan pada Kyuhyun.

“Kyu… maafkan aku… kau tahu aku tidak pernah mengiyakan untuk menerimamu… tapi kenapa kau memperlakukan aku layaknya kekasihmu… tidak bisakah kau sudahi semua ini… jadilah sahabatku saja… itu akan lebih membuatku nyaman…”

“jadi selama ini kau tidak nyaman?” aku melihat gurat sedih dimatanya. Aku menggeleng dan menitikan air mata. Ia menyekanya. “maafkan aku kalau selama ini membuatmu tersiksa… aku tak akan melakukan semua ini lagi… aku akan menjadi sahabat baikmu saja kalau begitu!!!” dia meyakinkanku dan memelukku. “pelukan seorang sahabat… bisiknya…”

14 Mei… Roses Day.

Hari ini tanpa memandang punya kekasih atau tidak disekolah kami merayakannya dengan saling memberi bunga satu sama lain. Hari ini pun dibebaskan untuk tidak belajar.

Pagi itu berpuluh-puluh mawar sudah aku kantongi untuk aku berikan kepada teman-temanku. Aku membagikannya setiap aku bertemu dengan yang ku kenal. Kami pun saling memberi ucapan di seragam kami. Seragamku sudah penuh tapi sengaja ku kosongkan satu di bahuku, untuk Donghae, aku belum menemuinya.

“apa kau melihat Donghae?” tanyaku pada Eunhyuk.

“dia ke arena kolam renang…”

Dengan girang aku segera mengambil mawar putih dari dalam kantong mawarku, satu tangkai mawar putih yang aku bedakan, aku memberikan mawar merah untuk yang lain dan yang putih untuk Donghae. Hari ini aku tidak peduli harga diriku, aku ingin menyatakan cintaku padanya.

Benar dia ada disana, ia melihatku berjalan ke arahnya, ia memotreku saat aku mendekat ke arahnya.

“Yoong…”

“Donghae… happy Roses day…” aku menyerahkan setangkai mawar putih yang kubawa tadi, “dan ini…” aku menyusul memberikan handuk biru berukuran kecil yang dulu dipakainya menyeka keringat.

“ini…???”

“sebenarnya sudah sejak lama aku ingin mengatakan ini… tapi aku selalu berpikir harga diriku lebih penting dari pada perasaanku… aku sudah lama menyukaimu Donghae… sejak kelas X, sejak masih menulis catatan untukmu, sejak kau selalu mengelus kepalaku, sejak kau selalu memberikan jalan keluar dan selalu menenangkanku…” aku menunduk mencoba jujur dengan air mata tumpah.

“Yoona…”

“maafkan aku…” aku menengadah tapi sebelumnya aku sempat melihat tulisan yang tertera di seragam putih Donghae tepatnya di sakunya, dadanya. “I’ve locked it (Jessica)”.

“Yoong…”

“Jessica Unnie…” air mataku bercampur senyuman miris. “selamat…” aku hendak berbalik dan entah kenapa aku malah terpleset dan jatuh ke kolam renang, sangat memalukan.

“Yoong…” dia mencoba membantuku dengan mengulurkan tangannya tapi aku tak menggapainya, ini sungguh memalukan. Aku segera naik ke atas dan keluar dari arena kolam, begitu keluar Jessica datang, sepertinya akan menemui Donghae.

“Yoong kau kenapa?” aku tidak ingin melihatnya, tapi aku ragu, aku kembali dan menatapnya nanar, setelah itu aku memeluknya… “selamat Unnie…” aku lalu berlalu dari hadapannya.

Sejak kejadian memalukan itu, aku memutuskan sebangku dengan Kyuhyun pindah kejajaran depan, aku mencoba bersikap biasa pada Donghae walau pada akhirnya pasti akan ada keketusan di akhir, Donghae juga berubah jadi orang berbeda, lebih dingin. Aku dan Kyuhyun juga masih bersahabat tak lebih dari itu, hanya saja mendengar ceritaku ia juga jadi ikut-ikutan bersikap acuh pada Donghae dan lebih memanjakanku.

Dan dengan buku ditanganku ini, aku tahu betapa dia sangat mencintai Jessica Unnie yang sekarang memilih menetap di San Fransisco demi kuliah musiknya.

Aku sampai di lembar terakhir, ada sebuah lirik dengan judul Y… liriknya begitu menyentuh, apa dia putus dengan Sica Unnie dan ingin kembali padanya? Kenapa nasib Donghae juga malah jadi seperti ini? Bukankah dia harusnya bahagia.

Aku menuju dapur, membuka Freezer, disana banyak coklat yang menumpuk, coklat yang hampir dua tahun kusimpan, aku pun membuka bagian bawah pendingin ini, disanaada bunga matahari yang sudah mencoklat. Aku menangis.

Donghae POV

Buku lirik laguku hilang, lirik-lirik lagu itu padahal akan aku pakai untuk bernyanyi saat perpisahan dengan teman-teman nanti. Bahkan aku belum menghapalnya. lagu-lagu yang kutulis untuk Yoona. Pulang sekolah aku membuka freezer, disana ada satu kotak coklat yang tak pernah aku makan, coklat yang usianya hampir dua tahun.

“pasti memandangi coklat lagi…” ibu menggelengkan kepala melihat kebiasaanku yang selalu memandangi coklat itu. Aku beranjak ke kamar. Aku mengambil satu buku besar yang ada di atas meja belajarku di atasnya ada sebuahsuratyang begitu memilukan hati karena aku akan memilihsuratitu.

Ini adalah kumpulan foto dari pertama aku mengenal Yoona sampai sekarang seperti orang asing. Yoona yang sedang memainkan gitar, piano, sedang makan ice cream, sedang latihan taekwondo, menari, bernyanyi, menemaniku bermain bola, lomba menari, mencatat semua omonganku, mengomel, ada juga foto bunga matahari yang aku tanam sampai berbunga, foto saat dia berlalu bersama Kyuhyun, padahal saat itu aku ingin mengatakan aku menyukainya. Dan semuanya aku berikan cerita. Aku memasukan buku itu ke tas, aku ingin mengakhiri semuanya aku ingin dia tahu sebelum aku gagal menyanyikan lirik-lirik yang telah hilang itu.

Yoona POV

“benarkah???” aku tak percaya dengan yang Kyuhyun katakan.

“lalu kalian akan kuliah bersama di Inggris?”

“benar…”

“aku doakan kalian bahagia… walaupun aku sedih…”

“jangan begitu!!! Tidak mau kah kau memeluk sahabatmu untuk yang terakhir kali sebagai status jomblonya?” dia merentangkan tangannya.

Hari ini Kyuhyun bercerita kalau Seohyun teman satu klub matematikanya menerima cintanya, mereka telah mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Inggris. Sangat menyenangkan mendengarnya.

“aku pergi dulu ya…” Kyuhyun melepaskan pelukannya, dan meninggalkanku sendirian di taman.

“tidak baik berpelukan dengan orang yang sudah mempunyai kekasih… aku barusan mendengar di kelas A-3 Seohyun sedang digoda teman-temannya tentang Kyuhyun… apa jadinya kalau ada yang melihat tadi bukankah itu akan menyebabkan salah paham?” cerocos suara yang kukenali itu.

“dia sahabatku!!!” belaku dengan nada seketus mungkin.

“Yoong… maafkan aku… selama ini aku bersalah padamu!!!”

“lupakan… aku tidak ingin mengingat hal paling memalukan itu!!!” aku beranjak pergi sebelum terungkit kembali, tapi tangannya mencegahku.

“lihat ini… dan kau akan mengerti!!!” dia menaruh sesuatu yang tebal di genggamanku. Aku tidak menerimanya dan berlalu dari hadapannya.



Hari ini Yesung berpidato di depan kelas mengumumkan sesuatu di saat guru kami tidak bisa hadir.

“teman-teman ini adalah berita sedih sekaligus membahagiakan… teman kita Lee Donghae akan menerima beasiswa dariBarcelonauntuk sepak bolanya… ia pun akan mengikuti ujian akhir disana… dan tentu saja berkuliah disana… dia akan pergi besok…”

Apa??? Berita apa ini, aku segera menengok ke belakang, disanaDonghae tampak sedang bersalaman dengan anak-anak yang lain.

“Donghae… ayo berikan kata-kata perpisahan untuk kami…” pinta Yesung, ia pun berjalan ke depan kelas tanpa menoleh ke arahku sedikitpun.

“teman-teman yang dikatakan Yesung benar… aku akan pindah mulai besok ke SM di Barcelona, aku akan mengikuti ujian akhir dan ujian universitas disana, sekaligus mengambil beasiswa sekolah sepak bolaku…”

Apa ini kenyataan? Lee Donghae akan pergi? Kenapa air mataku tidak keluar?

Dia lalu menyalami kami satu per satu termasuk aku.

“selamat…” ucapku datar.

“terimakasih… kejarlah mimpimu juga…”

“akan aku lakukan…” ujarku pelan melepaskan genggaman tangannya.



Malam itu aku kembali menatap bunga matahari yang sudah hitam itu. Aku melihat lagi tulisan di kertas kecil yang memintaku datang ke atap sekolah. Aku kembali menekan nomor-nomor telepon.

“hallo… soccer shop ada yang bisa kami bantu?” sapa seorang permpuan disana, pasti ibunya.

“apa Lee Donghae bisa membantuku?” tanyaku ngaco.

“baiklah… tunggu sebentar…” terdengar ibu itu berteriak memanggil anaknya.

“ya… ada yang bisa ku bantu?” tanyanya. Bukannya menjawab aku malah menangis. “maaf ada yang bisa kubantu???” tanyanya sekali lagi. Tangisanku semakin menjadi-jadi. “Yoong???” tebaknya. Dan aku segera menutup gagang telepon.

Pagi ini Donghae akan pergi, dan aku tidak bisa melihatnya lagi setelah ini. Aku memilih untuk tidak masuk sekolah.

“Yoong…” teriak ibu dari bawah.

“ada apa???” aku menjawab dengan malas terlebih mataku yang bengakak sulit dibuka.

“ada sebuah bingkisan untukmu, ibu rasa ada yang menaruhnya dengan sengaja…”

Mendengar ibu berteriak seperti itu aku segera berlari dan menemukan bingkisan yang ibu maksud, Buku.

Buku apa ini? Aku membukanya, kenapa isinya semua fotoku? Dan cerita-cerita ini?

Halaman pertama ada sebuah fotocopyan, aku kenal itu catatan bertulisan tanganku.

Tepat di bawah fotoku yang sedang berlatih menari.

Yoong kau tahu, saat kau bilang kau menyukai ideku karena mengenalkanmu pada Hyo aku senang sekali… aku begitu bersemangat melihat kau menari dan tidak mengeluh lagi…

Yoongku yang seperti boneka kalau sedang menari berubah menjadi rusa…^^

Adafoto dimana aku bersama Kyuhyun, aku ingat itu saat di atap sekolah.

Kau pasti berpikir aku pengirim bunga itukan? Benar itu aku, tapi aku tidak tahu kalau Kyuhyun mengikutimu hari itu. Aku berharap kau jangan menerima cintanya, cinta yang seharusnya waktu itu aku yang mengungkapkannya.

Dan ada foto saat aku akan menyatakan cinta padanya

Yoong aku bahagia mendengar pernyataan cintamu itu, tapi kenapa semua jadi seperti ini, aku dan Jessica tak pernah berpacaran kalau karena tulisan dibaju itu kau salah, dia menulis itu karena dia tahu aku telah mengunci hatiku hanya untukmu… tapi kenapa sekarang kau jadi berbeda

Dihalaman-halaman berikutnya semua berisi foto-fotoku yang sudah kelas tiga, ada aku yang bermain dengan Kyuhyun, aku sedang dihukum di depan kelas, aku sedang bertengkar dengan Kyuhyun, aku sedang menyapu lantai, dan banyak lagi. Dan setiap tulisan dibawah fotoku dan Kyuhyun dia akan menuliskan kata cemburu.

Apa ini artinya? Kapan dia menaruh buku ini? Tadi malam kah?

Author POV

8 tahun kemudian

“selamat… kau berhasil masuk tim kami…” pelatih bola itu menepuk-nepuk pundak seorang pria berpengawakan tegap itu.

“terima kasih…”

“izin pulangmu keKoreasudah kami urus… kau boleh berlibur sampai musim pertandingan dimulai…”

Dan kini pria tadi sudah menginjakan kakinyadi Korea,iatelah melepas statusnya sebagai pemain bola dengan mengganti seragamnya menjadi jeans, t-shirt, dan kemeja, serta tak ketinggalan topinya. Ia memasuki sebuah gedung kesenian.

“Lee Donghae…” teriak seorang wanita dari balik pianonya.

“Jessica…”

“tetap kau tidak mau memanggilku noona huh??? Aish… gagahnya pemain sepak bola ini?” perempuan bernama Jessica itu meninju lengan Donghae.

“kau juga semakin anggun saja dengan busanamu…”

“kau meledekku huh???”

“haha… ampun… ayo kita makan siang!!! Aku tadi di pesawat hanya makan sedikit!!!” ia merangkul bahu gadis itu.



Hari itu di sebuah studio, sedang diadakan siaran langsung.

“apa anda begitu sibuk sampai saat ini nona Yoona?”

“begitulah… kesibukan yang membawa berjuta-juta kebahagiaan…”

“bisa dijelaskan pada kami sejak awal karir anda?”

“aku adalah seorang siswa yang mungkin bisa dikatakan rajin, tapi sebenarnya tidak begitu… aku adalah orang yang paling bimbang dengan bakatku sendiri… sampai akhirnya aku mencoba ini itu… aku tertarik pada masalah pangan dunia… aku mengambil beasiswa dari food and science… dan akhirnya aku mendapat kesempatan menjadi perwakilan PBB untuk FAO dan sekarang pindah ke perwakilan untuk UNICEF…”

“kenapa bisa pindah?”

“aku sangat peduli pada anak-anak… aku sangat menyayangi mereka…”

“kenapa tidak mempunyai anak sendiri?” goda sang MC.

“bagamaimana mungkin… aku belum menikah…” Yoona tersenyum diikuti tawa penonton.

“memangnya kau tidak ingin segera menikah?”

“aku masih menunggu orang yang tepat…”

“cinta pertamamu kah?”

“…” Yoona mengangguk lesu. “aku ingin tahu dulu dia sudah menikah atau belum… setelah itu aku bisa memutuskan akan menikah dengan siapa nantinya…” Yoona mencoba becanda.

“tapi di samping itu, anda juga seorang penari yang hebat!!!”

“ahh… tidak begitu… aku penari yang rusuh!!!” Yoona menunduk malu.

“baiklah pemirsa… kita berikan tepuk tangan untuk wanita hebat dari Negara kita ini… seorang penari yang berwawasan dan berdidikasi tinggi… nona Im Yoona…”

Semua penontonpun bertepuk tangan.

“sekarang kita akan menikmati alunan indah suara dan permainan piano dari Jessica Jung…”

Dan dibalik piano itu Jessica memainkan jari-jarinya serta mengalunkan lembut suaranya. Yoona sedikit kaget, “Sica Unnie…” lirihnya melihat pada gadis di balik piano itu.

Lagu mengalun membawa suasan hati setiap orang tak terkecuali Yoona, ia mengingat sesuatu yang ingin dilupakannya, tapi sekarang bayangan itu semuanya datang, air mata tidak bisa ditahan lagi. Begitupun ketika lagu selesai dimainkan. Hanya ada empatlimaorang yang tahu suasana hati Yoona saat ini, empat orang di bangku penonton Tiffany, Siwon, Kyuhyun, dan Seohyun. Dan satu lagi adalah Jessica.

“sebelumnya aku berterimakasih telah mengizinkanku mengisi music di acara ini, tapi aku ada satu kejutan untuk Yoona…” ujar Jessica melalui microphone-nya begitu selesai bernanyi.

“apa kalian saling mengenal?” tanya si MC. Keduanya lalu mengangguk dan saling melempar senyum. Tapi senyum di wajah Yoona hilang lagi begitu seseorang dari belakang datang dan memberi senyumannya.

“kau… Donghae?” Yoona menunjuk pria itu.

“iya… ini aku…” Donghae tersenyum sambil memberikan setangkai bunga matahari, ia juga mengangkat kamera yang terkalung dilehernya seraya memotret Yoona.

Yoona lalu melirik Jessica dan Sica membalas dengan senyumannya.

“ada yang ingin anda katakan?” tanya MC yang mulai penasaran.

“apa kau sudah melihat buku yang kusimpan di lantai rumahmu saat dulu aku berangkat?” Donghae menatap Yoona lekat, semua penonton kini focus ke arah Yoona begitu juga cameramen acara yang disiarkan langsung ini. Yoona mengangguk dengan mata yang sudah berkaca-kaca. “jadi?” tanya Donghae lagi. Yoona mengambil tas yang terletak di kursi tempat tadi ia duduk, ia mengeluarkan sebuah buku tebal yang dulu Donghae taruh di lantai rumahnya.

“ini…” Yoona mengangkat buku itu. “ada satu lagi…” Yoona meraih satu lagi buku bersampul cokelat yang dulu ia temukan di kelas. “semua ini lirik lagu untuk gadismukan?”

“iya… untuk gadisku…” Donghae mendekat dan mengelus kepala Yoona. “terimakasih sudah mau menyimpankannya untukku…” Donghae meraih buku itu dari tangan Yoona.

“apa ada hal yang ingin Yoona sampaikan untuk Donghae?” tanya MC, Yoona mengangguk tanpa menoleh sedikitpun, matanya tetap menatap Donghae.

“apa kau sudah menikah???”

“hah?” Donghae terbengong dengan pertanyaan gadis itu. Sesaat Donghae terdiam tak bicara, ia malah semakin menatap Yoona lekat. Begitu lama. Tiba-tiba Donghae tersenyum.

“belum…” Donghae menggeleng. “orang yang ingin kunikahi terlalu sibuk dengan dunia PBBnya… bahkan dia tak pernah mencariku…” Donghae tersenyum.

“siapa?” tanya Yoona pura-pura tak mengerti.

“Yoona…” Donghae menoyor dahi Yoona dengan telunjuknya, air matanyapun keluar.

“siapa Y dilirik lagu itu?” Yoona kembali memberanikan diri menatap mata di depannya.

“Yoona… kau orangnya… orang yang membuatku ingin segera kembali keKorea…” tanpa berpikir Yoona segera menghaburkan dirinya kepelukan pria itu.

Studio pun riuh dengan tepuk tangan penonton, dan beberapa isak tangisan haru.

The End